Selasa 01 Jan 2013 20:24 WIB

Pemimpin Hong Kong Diminta Mundur

Suasana di satu sudut Hong Kong
Foto: cartinafinland.fi
Suasana di satu sudut Hong Kong

REPUBLIKA.CO.ID,HONG KONG--Puluhan ribu pemrotes turun ke jalan-jalan Hong Kong Selasa, mendesak pemimpin kota itu mundur dan menuntut demokrasi lebih luas 15 tahun setelah daerah itu diserahkan kepada kekuasaan China.

Para penyelenggara mengatakan mereka memperkirakan 50.000 orang akan bergabung dengan gerakan Hari Tahun Baru menentang Leung Chun-ying, sementara kelompok-kelompok pro-pemerintah melakukan aksi terpisah yang jumlahnya lebih kecil mendukung kepala eksekutif dukungan Beijing itu.

Sejak berkuasa Juli lalu popularitas Leung menurun dan ia menghadapi mosi tidak percaya di parlemen di tengah-tengah pertikaian menyangkut bangunan ilegal rumahnya yang mewah.

"Kami tetap menyatakan kecemasan kami kendatipun situasi semakin buruk," kata Billy Li, mahasiswa satu universitas berusia 27 tahun saat para demonstran mulai ke luar dari satu taman bergerak ke kantor pusat pemerintah.

Memegang poster-poster yang menggambarkan Leung sebagai mayat pengisap darah dan seekor serigala, para pemrotes. Para pemrotes membawa bendera-bendera dari era kolonial Inggris-- meneriakkan. "Beri kami segera hak pilih universal,Leung Chun-ying mundur", teriaknya.

Leung mengakui dan meminta maaf atas bangunan-bangunan itu, yang dibangun tanpa memiliki izin. Ia menjadi kepala eksekutif setelah pesaingnya untuk jabatan itu, Henry Tang, dikalahkan akibat pertikaian menyangkut bangunan yang ilegal rumahnya itu.

Para pengunjuk rasa menggunakan skandal itu untuk mendesak hak pilih universal dalam memilih pemimpin Hong Kong. Kota itu diserahkan kepada Beijing tahun 1997 tetapi tetap mempertahankan status semi-otonomi, dengan jaminan kebebasan sipil seperti hak untuk melakukan protes yang tidak ada di China daratan.

Leung diplih Maret oleh komite pemilihan beranggotakan 1.200 orang yang dikuasai elit pro-Beijing, di tengah-tengah kemarahan yang meningkat tujuh juta penduduk kota itu menyangkut apa yang mereka anggap campur tangan China dalam urusan lokal.

Beijing mengatakan kepala ekskutif kota itu dapat dipilih langsung pada tahun 2017 paling cepat, dengan parlemen pada tahun 2020.

Sekitar 1.000 polisi dilaporkan dikerahkan untuk mengamankan unjuk rasa Selasa itu , setelah terjadi bentrokan akhir pekan dalam satu unjuk rasa pro-pemerintah di mana dua wartawan diserang.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement