Rabu 02 Jan 2013 13:38 WIB

Afrika Kompak Bantu Afrika Tengah Hadapi Pemberontak

Pasukan penjaga perdamaian Uni Afrika (AU)
Foto: defenceweb.co.za
Pasukan penjaga perdamaian Uni Afrika (AU)

REPUBLIKA.CO.ID,BANGUI--Rencana  pemberontak untuk menguasai Ibu Kota Republik Afrika Tengah, Bangui, suram. Blok regional mengirim pasukan untuk membantu pemerintah Presiden Francois Bozize, Selasa, (1/1).

Saat koalisi pemberontak Seleka mengancam akan bergerak menuju ibu kota itu, Gabon, Kongo-Brazzaville dan Kamerun berjanji mengirim 120 tentara untuk bergabung dengan 400 tentara Chad yang telah digelar oleh pasukan perdamaian multinasional Afrika FOMAC untuk melindungi kota penting Damara, kata sumber FOMAC.

Damara adalah daerah stategis terakhir antara pemberontak dan Bangui, setelah Seleka merebut banyak daerah negara itu dalam gerak maju tiga pekan sejauh 160 km dari ibu kota Bangui,yang terletak di perbatasan selatan dengan Republik Demokratik Kongo (DRC).

Bangui dihantam serangan roket yang menelan korban jiwa, Selasa, setelah polisi membunuh seorang pria Muslim yang diduga punya hubungan dengan pemberontak. Pria itu, yang ditangkap Senin malam, ditembak mati ketika berusaha melarikan diri.

Menurut sumber di FOMAC, kematian pria itu memicu bentrokan senjata yang menewaskan seorang polisi dan menambah ketegangan tetap tinggi di daerah PK 5, yang dalam tahun-tahun belakangan ini dilanda kerusuhan antara warga Muslim dan Kristen.

Pasukan bantuan Afrika tengah itu dikirim setelah pemberontak berikrar pada Senin akan merebut Damara, yang terletak sekitar 75km utara ibu kota itu. Sekitar 120 tentara Gabon tiba Selasa pagi di Bangui, dengan sebagian besar sisanya diharapkan tiba hari ini, kata sumber FOMAC itu.

Sejumlah 120 tentara dari Congo-Brazzaville tiba Senin, sementara kontingen Kamerun diharapkan tiba akhir pekan ini. Seorang jenderal Gabon akan memimpin seluruh pasukan asing berjumlah 760 personil di Damara.

Dalam satu pidato Tahun Baru yang disiarkan secara nasional, Bozize mengucapkan terima kasih kepada sejawatnya dari Chad, Presiden Idriss Deby, atas pengiriman pasukan untuk melindungi pemerintahnya.

Bozize juga mengulangi janjinya untuk melakukan perundingan dengan pembrontak.  Ia siap untuk berdialog. "Saya sedang menunggu para kepala negara (dari blok regional CEEAC) untuk menetapkan tanggal sehingga kami dapat mencapai satu perjanjianan dengan Seleka untuk keluar dari krisis ini," katanya.

Juru bicara pemberontak Eric Massi Senin mengatakan Bozize tidak dapat dipercaya , mengulangi kembali desakan kepada pemerintah agar dia mundur.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement