Selasa 08 Jan 2013 14:32 WIB

Barat, Jepang, dan Cina Mulai Tinggalkan Iran

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Dyah Ratna Meta Novi
Minyak Iran/ilustrasi
Foto: cbsnews.com
Minyak Iran/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,TEHERAN--Embargo minyak yang dilakukan Iran 40 tahun lalu memang mendatangkan mimpi buruk bagi keamananan energi dunia, khususnya di negara maju. Negara-negara produsen minyak dikala itu berjaya dan memunyai posisi tawar tinggi untuk mempertegas misinya di dunia internasional.

Sayangnya, cerita sukses itu tak lagi berkontraksi saat ini. Iran mulai ditinggalkan. Langganannya, seperti Eropa, Amerika, dan sebagian besar Asia, khususnya Jepang dan Cina mencoba fokus pada pengembangan energi alternatif. Era gas memasuki masa keemasannya yang baru.

Pendapatan minyak Iran sembilan bulan terakhir menyusut hingga 45 persen menyusul sanksi Barat untuk Republik Islam itu. Tahun lalu, negara-negara Barat meningkatkan sanksi atas sektor energi Iran untuk menekan Teheran membatalkan program nuklirnya yang kontroversial.

"Volume ekspor minyak Iran turun 40 persen. Sedangkan nilainya turun 45 persen," kata Menteri Perminyakan Iran, Rostam Qasemi, dikutip dari BBC, Selasa (8/1).

Meski anggota parlemen Iran mengakui penurunan ekspor minyak terbilang tajam, namun Qasemi bersikeras tekanannya sampai sekarang tak signifikan. Sebab, Iran akan terus berinvestasi besar-besaran untuk mempertahankan statusnya di the Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC).

Ekspor minyak Iran menyusut hampir separuhnya. Biasanya, angka ekspor mencapai 2,4 juta barel per hari (bph). Badan Energi Internasional (IEA) mendata ekspor minyak mentah Iran jatuh dari 2,4 juta bph menjadi satu juta bph pada Juli 2012.

Angka ini bahkan turun dari produksi 1,74 bph pada Juli 2012. Mulai 20 Maret 2013, Qasemi akan mendorong ekspor Iran setidaknya meningkat menjadi 1,5 juta bph setahun ini.

Kepala Komite Anggaran Parlemen Iran, Gholam Reza Kateb mengatakan, sanksi perbankan dan perdagangan Iran oleh PBB dan Negara Barat juga memberi kontribusi pada penurunan ekspor. Sebab, mereka mengira Iran nekat mengembangkan nuklir untuk memproduksi bom.

"Program nuklir kami ini adalah damai," kata Reza Kateb, dikutip dari Washington Post. Pengembangan nuklir di Iran untuk menghasilkan listrik dan memproduksi radioisotop yang digunakan untuk pengobatan kanker sekitar satu juta unit per tahun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement