REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Parlemen Venezuela menyetujui anggaran sebesar 79 juta dolar AS atau sekitar Rp 766 miliar untuk kebutuhan mandi, seperti sabun dan pasta gigi. Dana tersebut juga akan digunakan untuk membeli 39 juta rol tisu toilet yang persediaannya habis di toko-toko Venezuela.
Negara kaya minyak tersebut menggantungkan kebutuhannya pada barang-barang impor. Namun, kontrol nilai tukar membuat negara tersebut kesulitan untuk membayar barang impor.
Presiden Nicolas Maduro yang menang pemilihan presiden April lalu mengklaim kekurangan kebutuhan dasar tersebut merupakan hasil dari konspirasi oposisi dan sektor kaya di masyarakat.
Maduro berjanji akan meneruskan legalitas pemimpin Venezuela sebelumnya, Hugo Chavez. Termasuk dengan razia nasionalisasi dan program sosial intensif.
Namun, analis mengatakan, pemerintah berusaha mengontrol ekonomi yang malah membuat ketidakseimbangan. Sehingga kekurangan pasokan ekonomi.
"Kontrol harga, contohnya, merupakan tindakan disinsentif bagi produsen lokal, memaksa mereka memotong produksi," ujar survei dari organisasi Consensus Economics dilansir BBC.
Tindakan tersebut membuat inflasi. Venezuela memiliki inflasi paling tinggi di Amerika Latin. Tingkat inflasi paling akhir mencapai 25 persen. Nilai tukar mata uang bolivar, juga turun dalam beberapa tahun terakhir, di mana pada Februari mencapai 32 persen.