Ahad 27 Oct 2013 08:28 WIB

Merkel Disadap AS Sejak 2002

Rep: Nur Aini/ Red: A.Syalaby Ichsan
Presiden AS Barack Obama (kiri) dan Kaselir Jerman Angela Merkel dalam konferensi pers bersama di Berlin, Jerman, Rabu (
Foto: AP
Presiden AS Barack Obama (kiri) dan Kaselir Jerman Angela Merkel dalam konferensi pers bersama di Berlin, Jerman, Rabu (

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Pemerintah Amerika Serikat dilaporkan Majalah Der Spiegel telah memata-matai ponsel kanselir Jerman, Angela Merkel sejak 2002.

Nomor ponsel tersebut masih dalam pengawasan pada 2013. Majalah asal Jerman tersebut mengklaim, dokumen rahasia dari Badan Keamanan Nasional (NSA) AS menunjukkan nomor Merkel ada dalam daftar dari 2002 saat dia sebelum menjadi kanselir.

Pemerintah AS telah diprotes atas program mata-mata NSA. Sejauh mana pemantauan ponsel Merkel, tidak jelas dari dokumen tersebut. Der Spiegel mengungkap percakapan kanselir mungkin direkam atau kontaknya hanya dicatat.

Jerman mengirim kepala badan intelijen ke Washington pada Ahad ini untuk mendorong penyelidikan atas tuduhan mata-mata. Pada Jumat lalu, Jerman dan Prancis mendesak AS untuk menandatangani kesepakatan anti-mata-mata pada akhir tahun.

Selain Merkel, NSA diklaim telah memantau jutaan panggilan telpon warga negara Jerman dan Prancis. Dokumen yang diperlihatankan Der Spiegel memberikan keterangan lebih rinci bahwa NSA menarget pemerintah Eropa.

Unit yang disebut Layanan Koleksi Khusus yang berbasis di Kedutaan Besar AS di Pariser Platz Jerman bertanggungjawab untuk memonitor komunikasi dari pemerintahan Jerman. Unit yang sama ada di sekitar 80 lokasi di seluruh dunia.

Menurut dokumen Der Spiegel, 19 diantaranya berada di kota-kota Eropa. Dalam laporan yang dilansir BBC, Sabtu (26/10), pemerintah AS juga memiliki basis mata-mata di Frakfurt. Merkel menelepon Presiden Barack Obama saat mendengar tuduhan mata-mata pada Rabu lalu.

Presiden Obama mengatakan kepada Merkel bahwa dia tidak tahu terkait penyadapan telepon. Dia juga meminta maaf kepada kanselir Jerman. Skandal itu disebut sebagai masalah diplomatik terbesar antara Jerman dan AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement