Rabu 12 Mar 2014 11:18 WIB

Pengungsi Suriah di Yordania Takut Tak Bisa Pulang

 Pengungsi Suriah melaksanakan shalat Idul Fitri di Amman, Yordania, Ahad (19/8). (Ali Jarekji/Reuters)
Pengungsi Suriah melaksanakan shalat Idul Fitri di Amman, Yordania, Ahad (19/8). (Ali Jarekji/Reuters)

REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN-- Pengungsi Suriah di Yordania yang disurvei takut mereka mungkin tidak dapat pulang ke negaranya meskipun sangat ingin kembali ke Suriah, menurut satu survei Oxfam yang disiarkan pada Rabu.

Sejak protes-protes terhadap Presiden Bashar al-Assad yang meletus Maret 2011 menjelma menjadi perang saudara berdarah, 2,5 juta warga Suriah telah melarikan diri ke luar negeri dan 6,5 juta lainnya terlantar di dalam negeri.

Lebih dari 65 persen dari 1.015 pengungsi yang disurvei oleh Oxfam di tiga daerah berbeda di Yordania mereka takut tidak akan dapat kembali ke tanah air mereka, kata organisasi bantuan itu. Sementara mayoritas pengungsi ingin kembali ke Suriah, hanya sepertiga dari mereka yang disurvei mengatakan mereka bisa berharap dengan jelas diri mereka pulang, menurut Oxfam, namun 78 persen masih tidak tahu kapan itu akan terjadi.

"Survei ini menunjukkan bahwa bagi banyak pengungsi harapan kembali ke Suriah dalam waktu dekat ini berkurang," kata Andy Baker, yang bertanggung jawab atas respon Oxfam untuk konflik di Suriah.

"Mereka hidup dalam keadaan terlantar, berjuang setiap hari untuk bertahan hidup, dengan gagasan sedikit dari apa masa depan. Suriah yang layak dan lebih baik dari hari ini," kata pernyataan Oxfam seperti dikutip.

Yordania adalah rumah bagi lebih dari 500.000 pengungsi Suriah, termasuk sekitar 100.000 di kamp pengungsi Zaatari. "Upaya pembaruan harus segera dilakukan oleh masyarakat internasional untuk membantu menghentikan pertumpahan darah," kata Baker.

Pada Desember, PBB meminta sekitar 6,5 miliar dolar AS (4.6 miliar euro) untuk korban perang Suriah, sementara total sebesar 2,3 milyar dolar dialokasikan pada Konferensi Donor Kuwait pada Januari. Oxfam mengatakan hanya 12 persen dari uang yang dijanjikan berdasarkan imbauan PBB telah disampaikan.

Konflik Suriah menunjukkan sedikit tanda-tanda mereda, dan telah menewaskan 140.000 orang sampai saat ini, tetapi Oxfam mengatakan hal itu penting untuk menyusun rencana kontingensi bagi masa depan. "Rencana untuk pemulihan dalam jangka panjang perlu disusun bahkan jika konflik berakhir besok, Suriah akan memerlukan bantuan untuk tahun-tahun mendatang," kata Baker.

sumber : Antara/ AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement