Selasa 25 Mar 2014 16:47 WIB

Ini Cara Inmarsat Lacak MH370 yang Hilang

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Bilal Ramadhan
    Australian Maritime Safety Authority (AMSA) menunjukkan perkiraan posisi objek mengapung yang diduga bagian dari pesawat Malaysia Airlines MH370 yang hilang di selatan Samudra India.
Foto: AP Photo/Australian Maritime Safety Authority
Australian Maritime Safety Authority (AMSA) menunjukkan perkiraan posisi objek mengapung yang diduga bagian dari pesawat Malaysia Airlines MH370 yang hilang di selatan Samudra India.

REPUBLIKA.CO.ID, Analisis dari perusahaan satelit Inggris Inmarsat dan Penyelidik Kecelakaan Udara Inggris (AAIB) menyatakan bahwa lokasi jatuhnya pesawat Malaysia Airlines berada di selatan Samudera Hindia.

Analisis ini diberikan menyusul pemeriksaan terbaru dari delapan satelit yang mendapatkan sinyal 'ping' dari pesawat MAS. Sinyal tersebut dikirimkan pada pukul 1.11 pagi hingga 8.11 pagi waktu Malaysia pada 8 Maret lalu setelah MAS menghilang dari radar.

Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak, mengatakan berdasarkan analisis baru, Inmarsat dan AAIB telah menyimpulkan bahwa MH370 terbang menuju koridor selatan, dan posisi terakhirnya diketahui di tengah Samudera Hindia, sebelah barat Perth.

"Ini adalah lokasi terpencil, jauh dari adanya tempat pendaratan. Karena itu, dengan rasa sedih dan menyesal, saya sampaikan berdasarkan data baru bahwa MH370 berakhir di selatan Samudera Hindia," katanya.

Najib pun menambahkan, pihaknya telah menggunakan metode analisa yang belum pernah digunakan dalam investigasi kecelakan yang serupa. Wakil Presiden senior untuk urusan eksternal Inmarsar, Chris McLaughlin, mengatakan metode analisa baru ini memberikan kisaran arah perjalanan, kurang lebih sekitar 100 mil.

"Sayangnya, satelit ini buatan tahun 1990 yang tidak dilengkapi dengan peralatan GPS. Yang kami yakini adalah, pesawat ini ada di tempat tersebut. Namun kami tidak dapat memberi tahu lokasi tepatnya dan catatan detail terkait dimana pesawat itu mendarat. Sistem ini tidak bisa seperti itu," jelasnya.

McLaughlin pun mengatakan masih belum ada analisa lebih lanjut dari data yang sudah ada. "Sayangnya, ini terbatas. Tidak ada keputusan secara umum, bahkan setelah pesawat Air France hilang pada Juni 2009, dan membutuhkan waktu sekitar dua tahuun untuk menemukan pesawat di laut. Pesawat harus log in setiap enam jam sekali, apabila pesawat melakukan perjalanan pada 500 knot, maka mereka akan log in setiap 15 menit sekali," katanya.

Sejak pesawat MAS telah hilang lebih dari dua minggu yang lalu, banyak pencarian yang telah dilakukan setiap harinya untuk menyusuri luasnya Samudera Hindia, karena pesawat mengandalkan informasi dari Inmarsat.

Hanya dengan menggunakan data 'ping' dari delapan satelit setelah sistem pelacakan ACARS otomatis melacak pesawat pada pukul 01.07, tim di Inmarsat pun mampu memperhitungkan bahwa MAS telah menuju ke daratan Asia atau ke selatan menuju Samudera Hindia.

Inmarsat mengatakan pihaknya kemarin telah memperhitungkan data yang terbatas yang diterima dari pesawat itu, hingga pihaknya sampai pada kesimpulan. Mclaughlin mengatakan bahwa hal tersebut merupakan suatu terobosan namun masih dinilai dilakukan dengan cara yang tradisional sehingga masih perlu diperiksa lagi oleh pihak lain dari industri luar angkasa.

Sistem satelit perusahaan itu menyediakan kontak suara dengan pengawas lalu lintas udara ketika pesawat di laur jangkauan radar, yang hanya mencakup wilayah sekitar 10 persen dari permukaan bumi, serta di luar jangkauan dari radio standar di atas lautan.

Selain itu, sistem tersebut juga menawarkan laporan posisi secara otomatis melalui transponder pesawat. Sehingga dimungkinkan untuk mengirimkan instruksi rute secara langsung ke kokpit melalui bentuk pesan teks yang disampaikan melalui satelit.

Inmarsat sendiri didirikan pada 1979 oleh Organisasi Maritim Internasional untuk membantu kapal-kapal tetap berhubungan dengan pantai atau untuk melakukan panggilan darurat dimanapun mereka berada. Inmarsat juga memberikan data kunci satelit terkait pergerakan terakhir dari MH370. Bahkan saat pesawat itu hilang dari radar pengawas lalu lintas udara Malaysia pada 8 Maret lalu, satelit Inmarsat juga mendapatkan sinyal 'ping'.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement