Sabtu 29 Mar 2014 22:30 WIB

Jerman Tolak Seruan Kehadiran NATO di Ukraina

Peta Ukraina
Foto: VOA
Peta Ukraina

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN --  Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier mengecam seruan sebagian besar Negara-negara Baltik dan Eropa Timur untuk kehadiran NATO yang lebih besar di wilayah krisis Ukraina akibat pendudukan Rusia atas Crimea.

Kemarin, para menteri luar negeri NATO membahas konsekuensi krisis Crimea ketika mereka bertemu di Brussels. Didukung oleh Amerika Serikat, beberapa negara Eropa Timur dan negara-negara Baltik, di antaranya Polandia dan Romania, telah mendesak aliansi militer Barat untuk meningkatkan kehadirannya di wilayah krisis Ukraina.

Rusia Sabtu mengatakan tidak berniat mengirim pasukan ke Ukraina sebagai sinyal bahwa Moskow ingin menurunkan ketegangan terburuk antara Barat-Timur sejak Perang Dingin.

Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov menyampaikan pesan dari Presiden Vladimir Putin bahwa Rusia akan berhenti --setidaknya untuk sekarang-- sampai pada pencaplokan Krimea, meski negara itu memiliki ribuan tentara di dekat perbatasan timur dengan Ukraina.

"Kami benar-benar tidak ada niat -atau kepentingan- untuk melintasi perbatasan Ukraina," kata Lavrov kepada stasiun televisi Rusia.

Namun ia menambahkan bahwa Rusia siap untuk melindungi hak-hak warga pengguna bahasa Rusia, merujuk pada apa yang dilihat Moskow sebagai ancaman terhadap kehidupan rekan senegara di timur Ukraina sejak Viktor Yanukovich digulingkan sebagai presiden.

Barat menerapkan sanksi terhadap Rusia, termasuk larangan visa bagi beberapa orang dekat Putin, setelah Moskow mencaplok Krimea menyusul referendum yang berakhir dengan penyatuan ke Federasi Rusia, dan oleh Barat dianggap tidak sah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement