Kamis 10 Apr 2014 14:27 WIB

Khamenei: Iran Tak Akan Hentikan Program Nuklir

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Bilal Ramadhan
Ayatollah Seyyed Ali Khamenei
Foto: AP
Ayatollah Seyyed Ali Khamenei

REPUBLIKA.CO.ID, VIENNA-- Pemimpin Iran Ayatollah Ali Khamenei mendukung adanya pembicaraan dengan enam negara kuat dunia. Meskipun begitu, Teheran menegaskan tidak akan menghentikan program nuklirnya.

Ia mengatakan Iran telah menyetujui pembicaraan untuk menghentikan ketegangan dengan masyarakat internasional. Dilansir dari BBC, Iran dan enam negara kuat dunia yang terdiri dari AS, Rusia, Cina, Inggris, Prancis, dan Jerman pun sepakat untuk mengganti kesepakatan sementara yang berakhir pada Juli.

Khamenei mengatakan sebuah pertemuan ilmuwan nuklir yang telah disepakati oleh Teheran dilakukan untuk membuktikan bahwa Iran tidak sedang membuat senjata nuklir. "Pembicaraan ini perlu dilanjutkan, tetapi semua harus tahu bahwa kegiatan Iran dalam penelitian dan pengembangan nuklir tidak akan dihentikan sama sekali," jelasnya.

Menurutnya, pihak lain tidak dapat memaksakan kehendaknya pada Iran untuk menghentikan program nuklirnya. "Tak satu pun pengembangan nuklir dihentikan, dan tak seorang pun memiliki hak untuk menawarnya," tambahnya.

Menteri Luar Negeri Iran, Javad Zarif, mengatakan dalam perkembangan pembicaraan terakhir, kedua belah pihak telah mencapai kesepakatan hingga 60 persen di Wina. Seorang pejabat senior AS menyatakan pihaknya tidak terlalu optimis, namun ia menegaskan kedua belah pihak telah berkomitmen untuk terus berupaya.

Keenam negara kuat dunia ini pun menginginkan Iran mengurangi jumlah pengayaan uraniumnya. Pasalnya mereka khawatir pengayaan uranium itu digunakan sebagai bom nuklir.

Teheran sendiri mengatakan program nuklirnya dilakukan demi kepentingan perdamaian. Iran berharap sanksi permanen yang dijatuhkan oleh keenam negara kuat dunia itu pun dapat dicabut. Iran pun fokus untuk mengakhiri sanksi yang telah mengurangi pendapatan minyaknya dan melarangnya menggunakan sistem keuangan internasional.

Javad Zarif dan wakil dari Uni Eropa Catherine Ashton mengatakan pembicaraan putaran ketiga yang digelar sejak November ini membahas semua isu yang menjadi bagian dari kesepakatan. Mereka sendiri akan bertemu kembali di ibukota Austria pada Mei saat pembicaraan putaran keempat digelar untuk menjembatani perbedaan dalam semua hal.

"Masih perlu kerja keras untuk mengatasi perbedaan ini. Kami berniat untuk menjembatani semua perbedaan di semua bidang," kata Ashton seperti dikutip dari Reuters. Pejabat Eropa pun menyatakan akan berusaha membatasi upaya Iran mengembangkan tehnologi pengayaan yang dapat memproduksi senjata nuklir dalam waktu yang lebih singkat.

Berdasarkan perjanjian sementara yang disepakati pada Januari lalu, Iran telah membekukan kegiatan nuklirnya selama enam bulan. Sebagai imbalannya, sebagian sanksi yang dijatuhkan kepada Iran dicabut. Enam negara kuat dunia ini saat ini berharap agar Iran mengurangi pengayaan uranium secara permanen dan mengizinkan pengawas PBB memberikan pengawasan lebih lanjut.

Sejauh ini, enam negara tersebut telah bersatu dalam negosiasi ini. Namun, semenjak Rusia mencaplok wilayah Crimea, hubungan antara Rusia dan negara Barat pun menegang. Rusia dan Iran dikabarkan juga akan melakukan negosiasi jual beli minyak yang nilainya diperkirakan mencapai 20 milyar dolar AS.

Amerika pun menilai langkah tersebut dapat merusak pembicaraan nuklir Iran. Sementara itu, Badan Nuklir PBB menyatakan Iran telah mematuhi kesepakatan sementara. Para pejabat pun juga menyebutkan Washington telah memenuhi komitmennya terkait pencabutan sanksi yang diberikan kepada Teheran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement