Kamis 29 May 2014 15:05 WIB

10 Faktor Kemenangan Al Sisi di Pilpres Mesir

Rep: elba damhuri/ Red: Taufik Rachman
Warga Mesir di Libanon menggelar aksi dukungan terhadap kandidat presiden Mesir, Abdel Fattah Al Sisi, di depan Kedubes Mesir di Beirut pada Kamis (15/5).
Foto: Reuters/Sharif Karim
Warga Mesir di Libanon menggelar aksi dukungan terhadap kandidat presiden Mesir, Abdel Fattah Al Sisi, di depan Kedubes Mesir di Beirut pada Kamis (15/5).

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Jenderal Abdul Fattah al-Sisi telah memenangi pemilihan presiden Mesir dengan telak. Para pemilih di dalam dan luar Mesir telah memberikan dukungan besar kepada jenderal yang berjanji akan menghapus Ikhwanul Muslimin dari tanah Mesir itu.

Pemikir Islam yang kerap menjadi sumber CNN, Tawfik Hamid, mengatakan kemenangan Sisi tidak mengherankan. Sisi, kata dia, setidaknya memiliki sepuluh alasan untuk menduduki jabatan presiden ini, menggantikan presiden Muhammad Mursi yang dijatuhkan.

"Pertama, rakyat Mesir ingin stabilitas dan keamanan negara terjaga. Presiden dengan latar belakang militer dan intelijen pun menjadi pilihan tepat," kata Tawfik seperti dikutip Aljazeera, Kamis (29/5).

Rakyat Mesir belajar dari pesta demokrasi di Irak dan Afghanistan yang berhasil menaikkan pemimpin sipil. Di sana, kata Tawfik, tidak ada yang namanya stabilitas keamanan. Hidup rakyat menjadi tak menentu.

Kedua, rakyat Mesir melihat Sisi sebagaii figur pemimpin yang realistik dengan program-program yang nyata. Sisi, kata Tawfik, dipandang pendukungnya sebagai pemimpin yang bukan cuma memberikan retorika kosong dan janji-janji manis, tetapi mampu merealisasikannya.

Banyak rakyat Mesir yang mengenang Mursi sebagai presiden yang gagal memenuhi janji-janji manis di saat pemilu. Mursi tidak sanggup melakukan perbaikan-perbaikan di negerinya, terutama dari sisi ekonomi, di awal-awal pemerintahannya.

Ketiga, pendukung melihat Sisi sebagai pemimpin yang memiliki loyalitas tinggi kepada negaranya. Nasionalisme Mursi, kata Tawfik, tidak diragukan rakyat Mesir. Sebaliknya, sebagian rakyat Mesir melihat Mursi terbelah loyalitasnya antara kepada Ikhwanul Muslimin dan Mesir.

Keempat, lanjut Tawfik, rakyat Mesir memandang Sisi sebagai pemikir yang masuk akal, pemikir yang dapat diterima. Segala keputusan yang dibuat Sisi dapat diterima. Rakyat Mesir percaya Sisi dalam mengambil keputusan benar-benar untuk kepentingan bangsa, bukan sekelompok golongan.

"Apalagi keputusan yang membahayakan negara Mesir, Sisi tidak akan melakukan itu," kata Tawfik.

Kelima, kisah sukses Sisi di militer telah memberikan harapan besar rakyat Mesir agar kisah itu bisa ditularkan di pemerintahan. Sisi diharapkan bisa memimpin Mesir dengan baik.

Keenam, Tawfik mengatakan, rakyat Mesir menganggap Sisi sebagai "juru selamat" Mesir. Ini menyusul keinginan jutaan rakyat Mesir yang ingin menjatuhkan Mursi dan Sisi mewujudkan harapan mereka.

Ketujuh, kaum moderat Islam Mesir mendukung Sisi yang telah bersikap tegas dalam melawan gerakan Islam radikal dan mengenalkan pemahaman Islam yang damai. Sisi kerap menyampaikan nilai-nilai toleransi dan perdamaian dari ayat-ayat Alquran.

Kedelapan, Sisi tidak pernah menerapkan politik beli suara seperti yang dilakukan pendahulunya. Sisi tidak pernah meminta rakyat Mesir memilih dia karena akan membawa uang puluhan miliar dolar AS ke Mesir untuk pembangunan. Sisi tidak pernah menjanjikan anak-anak muda Mesir mendapat uang sekian dolar dan tanah untuk kehidupan mereka.

Kesembilan, Sisi dianggap mampu menjembatani kepentingan Mesir di luar negeri. Sisi sempat bersitegang dengan AS di awal-awal jatuhnya Mursi. Namun, kata Tawfik, Sisi mampu memulihkan hubungan dengan AS dan negeri Paman Sam itu pun kembali mendukung militer Mesir.

Pada sisi lain, Sisi juga telah dengan baik membangun jembatan dengan Rusia, yang di awal kekuasaannya sempat konflik. Ia juga mendapat dukungan penuh dari Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Bahrain.

"Terakhir, banyak warga Mesir yang membandingkan Sisi dengan Muhamad Ali Pasha, pendiri Mesir modern," kata Tawfik.

Sisi memiliki visi yang sama dengan Pasha, yakni visi menciptakan negara Mesir modern, loyalitas kepada negara, dan memiliki kemampuan untuk menciptakan keputusan besar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement