REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Sejumlah bus yang dilengkapi pengeras suara terlihat mengelilingi ibu kota Kairo untuk mengajak warga agar ikut berpartisipasi dalam pemilu presiden Mesir. Bus-bus itu juga menampilkan poster-poster bertuliskan seruan untuk warga.
Pemungutan suara terbuka di Mesir telah dibuka pada Senin (26/3), selama tiga hari. Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi yang kembali mencalonkan diri dalam pemilihan kali ini, diperkirakan dapat meraih kemenangan dengan mudah dari pesaingnya, Mousa Mostafa Mousa.
Sisi, yang memimpin penggulingan Presiden Mohammed Morsi pada 2013 dalam sebuah kudeta militer, adalah presiden pertama Mesir yang dipilih secara bebas pada 2014. Ia menyatakan keinginannya agar seluruh rakyat Mesir ikut memilih dalam pemilu kali ini, guna menegaskan legitimasinya setelah semua calon pesaingnya yang kredibel dijegal untuk mencalonkan diri.
Tokoh oposisi sempat menyerukan boikot terhadap pemilu setelah mantan kepala staf tentara Mesir Sami Anan yang juga mencalonkan diri, ditangkap pada Januari lalu. Meski demikian, juru kampanye Sisi mengatakan pemerintah tidak mencegah siapapun untuk mencalonkan diri.
Pada Ahad (25/3), militer Mesir mengatakan bus-bus yang disediakan adalah kendaraan khusus yang dikirim untuk meyakinkan warga Mesir akan jaminan keamanan selama pemungutan suara. Polisi terlihat membagikan poster yang menyerukan orang-orang untuk memilih sejak Jumat (23/3).
Militer juga mengatakan mereka akan memantau liputan media lokal dan asing dari pusat media yang dibuat khusus, yang akan beroperasi 24 jam sehari. Kelompok-kelompok hak asasi manusia (HAM) mengatakan tindakan keras terhadap kebebasan pers bertujuan untuk meredam perbedaan pendapat dalam pemilihan suara.
Apalagi, pihak berwenang Mesir menyerukan tindakan hukum terhadap media yang mereka anggap akan menerbitkan berita palsu. Aktivis HAM mengatakan beberapa wartawan lokal telah ditangkap dalam beberapa bulan terakhir.
Sisi berjanji akan menciptakan stabilitas keamanan di negaranya jika kembali terpilih. Namun sejauh ini, ia dinilai telah menghadapi kesulitan dalam mengalahkan pemberontak ISIS di Semenanjung Sinai dan kelompok militan lainnya.
Para pendukungnya berpendapat, situasi keamanan di Mesir saat ini telah lebih baik dibandingkan tahun-tahun lalu, saat kerusuhan mengguncang pascapemberontakan Arab Spring 2011.
Sisi memenangkan hampir 97 persen suara ketika ia pertama kali terpilih sebagai presiden pada 2014. Akan tetapi, saat itu hanya kurang dari separuh warga Mesir yang memberikan suara meskipun pemilihan diperpanjang hingga tiga hari.