Sabtu 31 May 2014 05:00 WIB

Astaghfirullah, Sebuah Masjid Hancur Diserang

Rep: c66/ Red: Bilal Ramadhan
Masjid Rusak
Foto: IRIB
Masjid Rusak

REPUBLIKA.CO.ID, BANGUI-- Sebuah mesjid di Ibukota Republik Afrika tengah hancur setelah sekelompok pemuda melakukan serangan, Kamis (29/5). Sekelompok pemuda ini diketahui berasal dari jemaat gereja di Bangui yang hancur sehari sebelumnya.

Hal ini dilakukan oleh sekelompok pemuda yang geram dengan respon lambat terhadap serangan mematikan di gereja. Selain merusak sebuah mesjid di Bangui, pemuda-pemuda ini juga membarikade jalan dan membakar ban.

Tidak ada korban dalam serangan pembalasan yang dilakukan sekelompok pemuda non muslim yang menjadi pasukan penjaga perdamaian internasional pada mesjid, Kamis (29/5). Mesjid di kawasan Lakouangan, Bangui diketahui dalam keadaan kosong saat kejadian berlangsung.

Gereja Notre Dame de Fatima, sebuah gereja katolik di Bangui diserang oleh sekelompok orang dengan melempar granat dan menembaki kerumunan orang di dalamnya. Sedikitnya 15 orang tewas dalam serangan pada Rabu tersebut.

Kelompok pemuda ini nampaknya ingin melakukan pembalasan serangan gereja yang dituding dilakukan oleh kelompok Seleka. Seleka ada kelompok di Republik Afrika tengah yang anggotanya mayoritas beragama islam.

Seorang juru bicara Komunitas Muslim Bangui, Ousmane Abu Bakar mengatakan jika selama enam bulan mereka telah mengalami kekerasan dari kelompok non muslim di negara tersebut. "Kami telah mengalami kekerasan dan tak jarang mereka menghancurkan mesjid kami," ujar Ousmane Abubakar pada Kantor Berita AP, Kamis (29/5).

Abubakar juga mengutuk keras serangan yang terjadi di Gereja Notre Dame de Fatima. Namun, ia mengatakan jika muslim di Kota Bangui tidak terlibat dalam serangan mematikan itu. Pemimpin milisi kristen anti-balaka, Sebastien Wenezoui menuduh pasukan internasional atau yang dikenal dengan telah meninggalkan gereja untuk membiarkan serangan di tempat itu.

Pasukan perdamaian berasal dari Prancis dan Afrika, yang mana disebut MISCA. "Ini sangat menyedihkan, mereka seharusnya melindungi lebih dulu para penduduk sipil, namun mereka terlambat," ujar Wenezoui seperti yang dilansir dari Al Jazeera, Kamis (29/5).

Seorang pastor di gereja juga mengatakan jika pasukan penjaga perdamaian tiba terlambat saat serangan berlangsung. Ia telah menelpon perjaga perdamaian, baik yang berasal dari Prancis maupun Afrika, namun mereka datang saat serangan selesai.

"Semua orang berlari karena tembakan, Penjaga perdamaian datang saat mayat sudah terkumpul dan membantu membawa mereka," ujar Jonas Bekas, pastor di Gereja Notre Dame, seperti yang dilansir dari BBC, Kamis (29/5).

Republik Afrika Tengah telah dilanda kekerasan etnis selama setahun terkahir. Kekerasan antar etnis dan agam muncul setelah Kelompok Seleka yang berkuasa di AFrika Tegah dilumpuhkan. Kelompok Seleka yang anggotanya mayoritas beragama islam menghadapi tekanan internasional dan dipaksa untuk meninggalkan kekuasaan pada Januari 2013.

Sejak itu, kelompok kristen 'anti-balaka' meluncurkan sejumlah serangan pada umat islam di negara tersebut. Konflik antar islam dan kristen di Afrika Tengah semakin menjadi. Kerusuhan didorong oleh penindasan terhadap kaum muslim baik dari Ibukota Afrika Tengah maupun daerah di sekitarnya. Ribuan orang telah tewas dan sekitar satu juta orang mengungsi sejak konflik ini berlangsung.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement