Senin 04 Aug 2014 20:51 WIB

Jerman Hentikan Kontrak Pertahanan Dengan Rusia

Tentara Rusia di perbatasan Georgia, Tskhinvali.
Foto: EPA
Tentara Rusia di perbatasan Georgia, Tskhinvali.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Jerman menghentikan kontrak pertahanan yang direncanakan dengan Rusia sebagai bagian dari sanksi Uni Eropa (UE) terhadap pihak Moskow akibat krisis yang berkecamuk di Ukraina.

Kementerian Ekonomi Jerman mengubah izin, yang diberikan oleh pemerintah sebelumnya, bagi pembangunan pusat pelatihan tempur di Rusia, demikian laporan Sueddeutsche Zeitung, dengan mengutip surat jawaban dari Kementerian Ekonomi.

Menurut surat kabar tersebut, kesepakatan bagi perusahaan teknologi pertahanan Jerman, Rheinmetall, untuk mengirim teknologi simulasi buat pusat pelatihan tempur Rusia bernilai sebesar 100 juta euro (134 juta dolar AS).

Berdasarkan kesepakatan itu, yang ditandatangani sekitar dua tahun lalu, pusat pelatihan tersebut --yang dijadwalkan mulai dibangun tahun ini-- akan bisa digunakan untuk melatih 30.000 prajurit per tahun.

Jerman memutuskan untuk membekukan kontrak militer dengan Rusia pada Maret. Di dalam satu pernyataan pada 19 Maret, Kementerian Ekonomi menyatakan Pemerintah Jerman menganggap eksport perlengkapan ke Rusia "tidak layak dalam situasi saat ini".

Dengan menghentikan kesepakatan tersebut, Jerman melaksanakan sanksi yang diberlakukan belum lama ini dan menghalangi kontrak pertahanan pertahanan dengan Rusia akibat krisis yang berkecamuk di Ukraina.

Sanksi UE itu, yang berlaku pada Jumat, meliputi satu paket langkah pembatasan tambahan yang mencolok dan ditujukan kepada sektor energi, pertahanan serta keuangan Rusia.

Langkah lebih keras akan membatasi akses lembaga keuangan militer negeri Rusia ke pasar modal Uni Eropa, memberlakukan embargo senjata, menetapkan larangan eksport atas barang dwi-guna buat pengguna militer, dan membatasi akses Rusia ke teknologi sensitif terutama di bidang perminyakan.

Rusia menuduh UE didikte pihak Washington, dan memperingatkan blok itu harus siap menghadapi risiko serius keuangan akibat "rancangan yang secara geopolitik meragukan".

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement