Sabtu 17 Jan 2015 20:11 WIB

Percetakan Singapura Tolak Cetak Kover Terakhir Charlie Hebdo

Sampul terbitan terbaru Charlie Hebdo setelah penyerangan yang mematikan belasan orang di kantor media tersebut di Paris, Prancis.
Foto: Reuters
Sampul terbitan terbaru Charlie Hebdo setelah penyerangan yang mematikan belasan orang di kantor media tersebut di Paris, Prancis.

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Pembaca majalah The Economist di Singapura akan menemukan halaman kosong dalam edisi terbaru majalah tersebut.

Halaman ini dimaksudkan untuk memublikasikan gambar sampul terbaru majalah satir Prancis Charlie Hebdo, tetapi percetakan lokal majalah itu menolak untuk melakukannya, kata media lokal melaporkan pada Jumat.

Halaman ke-22 majalah itu melompong tak berisi apa-apa kecuali dua kata "Halaman Hilang", kata Lianhe Zaobao.

The Economist menjelaskan itu karena percetakan lokal mereka di Singapura menolak untuk mencetak sampul terbaru dari Charlie Hebdo, yang menggambarkan Nabi Muhammad menumpahkan air mata dan memegang tanda bertuliskan "Je Suis Charlie" (Saya Charlie).

Printer Times, yang mencetak majalah itu, mengatakan dalam satu pernyataan media pada Jumat bahwa Economist mengatakan kepada mereka, telah memutuskan untuk menerbitkan sampul di edisi Inggris, Asia, Amerika Serikat, dan Eropa, serta meminta percetakan untuk membiarkan mereka tahu jika pihaknya prihatin atas kasus itu, Strait Times melaporkan.

"Kami berkonsultasi dan mencatat keprihatinan kami dengan The Economist. Setelah musyawarah, The Economist mengirimkan halaman pengganti bagi kita sesuai yang telah kita cetak," kata pernyataan itu.

Yaacob Ibrahim, menteri Komunikasi dan Informasi, pada hari yang sama mengatakan ia menghargai keputusan percetakan itu.

"Tidak ada kebebasan berekspresi tanpa batas. Hak untuk berbicara secara bebas dan sensitif harus datang bersama-sama," kata Yaacob.

Media Development Authority (MDA) juga menyambut keputusan majalah. "Ini menunjukkan pemahaman industri kami dari kepekaan yang terlibat, serta rasa hormat mereka untuk keharmonisan ras dan agama di Singapura," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement