Ahad 25 Jan 2015 14:57 WIB

Berpotensi, Indonesia Harus Dekati Raja Salman

Rep: c84/ Red: Ilham
Raja Salman Abdulaziz
Foto: Antara
Raja Salman Abdulaziz

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Padjajaran, Teuku Rezasyah mengatakan, meninggalnya Raja Arab Saudi Abdullah bin Abdulaziz menjadi periode pembelajaran bagi dunia internasional yang diyakini belum begitu mengenal raja penggantinya, yaitu Raja Salman Abdulaziz. Reza menilai Pemerintah Indonesia seharusnya dapat memanfaatkan momentum ini untuk semakin memperkuat hubungan kerja sama antar kedua negara. 

Kehadiran Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Menteri Agama Lukman Hakim dalam layatan jangan hanya sebatas menyampaikan rasa duka cita yang mendalam dari Pemerintah dan rakyat Indonesia. Mereka harus menjadikan momentum itu untuk mengenal lebih dekat Raja Salman. 

"Seperti kita ketahui bahwa pengambilan keputusan di Arab Saudi sangat mutlak ditentukan oleh figur raja," kata Reza kepada Republika, Ahad (25/1).

Reza berpendapat bahwa Indonesia masih memiliki banyak masalah dengan Arab Saudi, seperti permasalahan TKI dan juga kuota jamaah haji. "Kita harus gunakan kesempatan ini untuk negosiasi langsung dengan sang raja baru mengenai kuota jemaah haji Indonesia," katanya. Menurut dia, proses lamanya menunggu untuk bisa beribadah haji sangat tidak baik bagi Indonesia maupun Arab Saudi itu sendiri. 

Selain itu, Reza juga berharap pemerintah Indonesia mampu meyakini Arab Saudi dalam mengendalikan jamaah haji sehingga tidak ada lagi masalah di sektor pemulangan haji dan juga jamaah ilegal. Pemerintah Indonesia juga mampu membujuk Raja Salman terkait sejumlah isu-isu internasional dimana Arab Saudi dipandang kurang tegas dalam mengambil keputusan dalam permasalahan di Palestina dan juga ISIS. 

Dari sisi ekonomi, Reza memandang Indonesia mampu membuat Raja Salman mau meningkatkan investasinya di Indonesia. Indonesia memiliki hubungan ukhuwah Islamiyah yang terjalin dan juga Indonesia dikenal sebagai negara Muslim terbesar di dunia. "Ukhuwah Islamiyah ini jangan hanya di atas kertas saja tapi pada kenyataannya tidak," ujar Reza.

Menurut dia, saat ini sepuluh investor terbesar di Indonesia ini berasal dari Eropa, Amerika Serikat (AS), dan juga ASEAN. Tidak adanya nama Arab Saudi dalam sepuluh besar investor di Indonesia sangat ia sayangkan. Reza berharap JK dengan jiwa bisnisnya yang luar biasa mampu mendekati Raja Salman secara pribadi dan menyatakan kesiapan Indonesia terhadap masuknya investor dari Arab Saudi.

Sebelum melangkah ke sana, kata Reza, Indonesia harus membenahi sektor perijinan dan juga terbatasnya pelaku bisnis yang dapat berbahasa Arab. Sebab, Arab Saudi sangat kritis terhadap dua hal tersebut. Dalam hal ini, Indonesia dapat memanfaatkan para alumnus yang menempuh pendidikan di Arab Saudi. 

Indonesia juga bisa meminta Arab Saudi untuk meningkatkan bantuan beasiswa bagi pelajar Indonesia. Bantuan beasiswa, lanjut dia, jangan terbatas pada ilmu-ilmu keagamaan saja, melainkan juga ilmu-ilmu lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement