Sabtu 31 Jan 2015 06:15 WIB

Astaga, Polisi Prancis Interogasi Anak Usia 8 Tahun karena Charlie Hebdo

Rep: c02/ Red: Bilal Ramadhan
  Ribuan massa umat Islam Chechnya membawa poster bertuliskan Saya Cinta Muhammad Saya Bukan Charlie, saat berunjuk rasa mengecam majalah satir Perancis Charlie Hebdo di ibukota Chechnya, Grozny, Senin (19/1).  (AP/Musa Sadulayev)
Ribuan massa umat Islam Chechnya membawa poster bertuliskan Saya Cinta Muhammad Saya Bukan Charlie, saat berunjuk rasa mengecam majalah satir Perancis Charlie Hebdo di ibukota Chechnya, Grozny, Senin (19/1). (AP/Musa Sadulayev)

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Seorang anak 8 tahun di Perancis diinterogasi polisi. Anak tersebut diinterogasi karena menolak berkabung untuk menghormati korban serangan di kantor Charlie Hebdo. Kolektif Islamophobia di Perancis (CCIF) menyatakan, ayah dan anak tersebut terkejut saat polisi memangggil mereka untuk diinterogasi.

Ahmed (8 tahun) dituduh menentang serangan terorisme terhadap kartun yang dibuat Charlie Hebdo. Tuduhan tersebut berawal dari laporan guru sekolah Ahmed yang menyebutnya menolak berpartisipasi untuk berkabung satu menit untuk menghormati korban serangan di kantor Charlie Hebdo.

Guru tersebut menyatakan Ahmed bersolidaritas terhadap kelompok bersenjata yang menyerang Charlie Hebdo. Sebelum dipanggil polisi, Ahmed sempat menceritakan ia diintervensi dan mendapatkan pelecehan psikologis di sekolahnya.

Ia juga dilaporkan gurunya ke kepala sekolah dan ditanyai beberapa kali tentang Charlie Hebdo. “Apakah kamu Charlie,” tanya kepala sekolah tersebut kepada Ahmed seperti dikutip islamonline.com.

Namun, Ahmed tetap menjawab “Je suis Ahmed” (Saya Ahmed). Kepala Sekolahnya kemudian marah dan mengambil insulin dari Ahmed yang menderita diabetes tersebut. Mendengar jawaban Ahmed, Kepala sekolahnya langsung melaporkan Ahmed dan keluarganya ke polisi Nice St Augustin. Ahmed dan Ayahnya ditahan untuk dimintai keterangan tentang terorisme pada Rabu (28/1).

Setelah dua jam diinterogasi polisi, ayah dan anak itu dibebaskan. Ahmed mengatakan, ia ditanyai polisi perancis  tentang terorisme. Tapi, Ahmed dan ayahnya selalu mengatakan tidak tahu.

Usai di interogasi Ayah Ahmed mengatakan, anaknya sangat tertekan dengan peristiwa penyerangan di Charlie Hebdo. Selain itu Ahmed menderita trauma untuk pergi ke sekolah. Bahkan ia mengalami gangguan tidur dan tingkah lakunya berubah.

CCIF masih mempertanyakan, bagaimana mungkin anak berusia 8 tahun paham dengan yang diucapkannya. Ia hanya bersikukuh dengan predikatnya sebagai muslim, bukan teroris.

CCIF juga mengingatkan, otoritas publik tentang Charlie Hebdo  selalu menjadi dasar permasalahan penangkapan anak 8 tahun oleh polisi Perancis. CCIF meminta, guru dan polisi yang menangani kasus ini bertanggungjawab terhadap kondisi Ahmed yang tidak stabil.

CCIF menyebutkan, muslim di Eropa sedang mendapat tekanan sejak penyerangan di kantor Charlie Hebdo yang menewaskan 17 orang, termasuk dua orang muslim. The National Observatory Against Islamophobia mengatakan lebih dari seratus insiden terjadi setelah serangan di Charlie Hebdo. Selama dua pekan terakhir peningkatan insiden terjadi hingga 110 persen sejak Januari 2014.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement