Rabu 11 Feb 2015 21:28 WIB

30 Persen Mahasiswa ANU tak Bisa Memenuhi Kebutuhan Hidup

 Louise Stockton terpaksa mengais makanan sisa/sampah dari toko untuk memenuhi kebutuhannya saat kuliah di Canberra.
Foto: abc news
Louise Stockton terpaksa mengais makanan sisa/sampah dari toko untuk memenuhi kebutuhannya saat kuliah di Canberra.

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Asosiasi Mahasiswa Universitas Nasional Australia (ANUSA) berupaya meningkatkan jumlah kupon makanan dan kupon belanja bagi mahasiswa. Upaya ini dilakukan untuk membantu sejumlah mahasiswa yang kesulitan memenuhi kebutuhan hidup.

 

Semester ini saja jumlah kupon belanja gratis yang diberikan oleh organisasi ini bertambah dua kali lipat. Untuk pertama kali mereka juga membagikan makan siang gratis serta paket peralatan mandi seperti shampo, sabun, dan lain-lain.

 

ANUSA juga meminta para dosen dan staf ANU untuk mendorong mahasiswa yang kesulitan untuk mengakses bantuan mereka.  "Jika ada mahasiswa yang kesulitan mendapatkan makanan, itu artinya pendapatan mereka tidak cukup untuk membuat mereka makan dengan layak sesuai kebutuhan makanannya," kata salah satu pengurus ANUSA, Carolyn Halliday.

 

"Ada banyak orang yang tidak nyaman meminta bantuan, sehingga kita melakukan segalanya agar mereka dapat mengakses bantuan makanan ini semudah mungkin misalnya tanpa perlu mengisi form apapun atau penjelasan apapun,"

 

"Mereka cukup meminta makanan kepada kami dan kami akan memberikan mereka kupon, hal itu dapat menghapus stigma," ujarnya baru-baru ini.

 

Sebuah survey sukarela yang dilakukan oleh mahasiswa strata 1 ANU tahun lalu menemukan hampir 30 persen mahasiswa ANU tidak memiliki sumber daya uang yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari.

 

Oleh karena itu pengacara layanan sosial, Susan Helyar,  kembali menyuarakan desakannya agar tunjangan bagi mahasiswa dan pekerja dari pemerintah ditingkatkan hingga $50 per minggu.

"Kita butuh sistem yang secara nyata memungkinkan penerima tunjangan bisa membiayai kebutuhan hidupnya dan situasi kehidupan mereka untuk memastikan mereka tidak terjebak dalam pusaran kemiskinan,"

 

"Saya kira tidak ada pihak yang menginginkan mahasiswa di Australia hidup kekurangan sehingga mereka tidak perlu bekerja 30 jam per minggu agar bisa membeli makanan," katanya.

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/2015-02-11/banyak-mahasiswa-di-canberra-terpaksa-mengais-sampah-untuk-makan/1414419
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement