Kamis 12 Feb 2015 15:41 WIB

Ribuan Warga Yaman Protes Menentang Kekuasaan Houthi

Rep: Gita Amanda/ Red: Winda Destiana Putri
Ribuan warga Yaman mendemo milisi Houthi.
Foto: Reuters
Ribuan warga Yaman mendemo milisi Houthi.

REPUBLIKA.CO.ID, SANAA -- Ribuan warga Yaman menggelar aksi protes besar-besaran di Sanaa dan pusat kota Taiz, pada Rabu (11/2), setelah sejumlah negara menutup kedutaan mereka di Yaman. Puluhan ribu orang meneriakkan slogan-slogan anti-Houthi, di kota yang belum dikuasai Houthi.

Sementara ratusan orang berkumpul di ibukota menentang pejuang Houthi yang mendirikan pos pemeriksaan dan berjaga di gedung-gedung pemerintahan yang mereka kuasai. Para militan mengenakan jubah suku dan membawa senapan otomatis, untuk menghadapi mereka yang menentang kekuasaan Houthi.

Sebelumnya duta besar dan staf diplomatik Amerika Serikat meninggalkan kedutaan AS pada Rabu, sehari setelah Washington mengumumkan penghentian pengoperasian kedutaannya. Staf kedutaan telah menghancurkan senjata, komputer dan dokumen milik mereka.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Jen Psaki mengatakan, tindakan sepihak terbaru yang dilakukan Houthi mengganggu transisi politik di Yaman. Hal itu menurut Psaki menciptakan risiko kekerasan baru yang mengancam Yaman dan komunitas diplomatik di Sanaa.

Namun juru bicara Gedung Putih Josh Earnest menambahkan, meski AS menutup kedutaannya tapi operasi kontra-terorisme di Yaman masih tetap berlangsung. "Akan diteruskan, personel Departemen Pertahanan akan berkoordinasi dengan rekan-rekan di Yaman," ungkap Earnest dilansir dari AP, Kamis (12/2).

Prancis dan Inggris juga telah mengumumkan penutupan kedutaan mereka pada Rabu. Sementara staf kedutaan Jerman mengatakan, mereka tengah menyingkirkan dokumen sensitif dan akan segera menutup kedutaan mereka.

Sementara itu sepeninggalan staf dan duta besar AS dari kedutaan di Yaman, Houthi menyita sejumlah kendaraan kedutaan AS. Staf lokal kedutaan mengatakan, lebih dari 20 kendaraan diambil oleh kelompok Houthi. Pemberontak juga menyita senjata yang ditemukan di kendaraan milik kedutaan AS.

Pentagon mengatakan senjata tersebut tertinggal dan luput untuk dimusnahkan, karena marinir menggunakan penerbangan komersial dalam perjalanan kembali ke AS. Padahal sebelumnya, staf kedutaan telah menghancurkan senjata yang mereka miliki dengan palu godam sebelum meninggalkan kedutaan.

Penarikan staf diplomatik dan penutupan kedutaan sejumlah negara di Sanaa, membawa kekhawatiran atas meningkatnya gejolak di negara tersebut. Arab Saudi mengantisipasi dengan mempersenjatai suku yang setia pada mereka, yang melintasi perbatasan selatan dan Mesir. Mereka juga menyiapkan sebuah unit militer jika sewaktu-waktu campur tangan diperlukan.

Penutupan kedutaan oleh AS, Inggris, dan Prancis menandakan keyakinan mereka bahwa kondisi Yaman akan memburuk. Houthi telah menyerbu Sanaa pada September 2014, dan secara resmi mengambil alih kekuasaan pekan lalu. Mereka juga kerap menyerukan slogan anti-Amerika.

Anggota biro politik gerakan Houthi Abdel Malik al-Ijri mengatakan di laman Facebooknya, bahwa keputusan untuk menutup kedutaan tak bisa dibenarkan. Hal tersebut menurutnya dilakukan untuk memberi tekanan pada Yaman. Ia juga menepis laporan yang menyatakan, kelompoknya telah menyita lebih dari 20 kendaraan milik kedutaan AS. Ia menyatakan, kendaraan-kendaraan tersebut diambil oleh otoritas bandara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement