REPUBLIKA.CO.ID, WINA -- Kepala badan pengawas nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa, Senin kemarin menekan Iran untuk mempercepat kerja sama dalam proses pemeriksaan badan itu pada program atom Teheran.
"Proses ini tidak bisa terus terhenti. Ini bukan proses tanpa akhir," kata Yukiya Amano, direktur jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA) kepada AFP, Selasa (3/3).
Sementara Iran sedang melakukan negosiasi batas program nuklirnya dengan negara-negara kekuatan dunia, IAEA telah menekan para pemimpin di Teheran selama bertahun-tahun untuk menjawab tuduhan bahwa sebelum tahun 2003, dan mungkin sejak itu, mereka melakukan penelitian dalam mengembangkan senjata nuklir.
Iran secara konsisten menolak tuduhan itu, yang dilampirkan dalam laporan IAEA utama pada tahun 2011, sebagai tak berdasar. Namun, Iran telah setuju untuk menjawab pertanyaan lembaga tersebut tentang dugaan pengujian peledak dan penelitian pembuatan bom nuklir pada Agustus. Akan tetapi hingga saat ini tanggapan tersebut belum disampaikan.
"Badan ini tetap siap untuk mempercepat penyelesaian semua isu yang beredar. Meski membutuhkan peningkatan kerja sama serta penyediaan akses yang tepat waktu ke semua informasi yang relevan," kata Amano.
Amano bertemu dengan para pemimpin Iran pada Februari, dan pekan lalu Wakil Menteri Luar Negeri Teheran Abbas Araghchi berjanji negaranya akan bergerak lebih cepat dan dalam arti yang lebih baik dengan penyelidikan tersebut.
Kelompok negara-negara kekuatan dunia P5 + 1 memiliki tenggat waktu hingga 31 Maret untuk mencapai kerangka kesepakatan, yang kemudian akan menguat dan secara resmi ditandatangani pada 30 Juni.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry akan bertemu mitranya dari Iran, Mohammad Javad Zarif, di kota tepi danau Swiss Montreux, untuk membicarakan perjanjian tersebut.