Jumat 01 May 2015 15:06 WIB

Menggali Warisan Budaya Nepal di Antara Reruntuhan

Rep: C38/ Red: Ilham
Salah satu situs budaya Nepal yang hancur akibat gempa
Foto: IBTimes
Salah satu situs budaya Nepal yang hancur akibat gempa

REPUBLIKA.CO.ID, BHAKTAPUR -- Seorang laki-laki muda menggali dengan penuh semangat di reruntuhan kuil kota tua Bhaktapur. Setiap kali ia menemukan ukiran batu besar, orang-orang dengan cepat berkerumun untuk membantu mengangkat. Artefak-artefak itu ditempatkan di kaki Candi Bhagwati, yang telah runtuh selama gempa.

Pasca gempa besar 7,8 skala richter yang melanda Nepal Sabtu lalu, sejumlah peninggalan bersejarah hancur. Monumen dan kuil-kuil di Kathmandu Valley, yang tertulis sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1979, dalam tujuh lokasi yang berbeda, juga hancur akibat gempa bumi. Korban tewas mencapai 6.254 pada Jumat pagi, lalu.

Para budayawan dan penduduk setempat bekerja sama melakukan penggalian di Durbar Square untuk menyelamatkan warisan budaya bangsa. Kuil di Durbar Square, Kathmandu, Patan dan Bhaktapur hancur menjadi puing-puing dan reruntuhan akibat goncangan kuat. Salah satu bagian dari Changu Narayan, kompleks megah warisan Hindu di puncak bukit, terisolasi di antara reruntuhan.

Seperti dilansir Aljazeera pada Jumat (1/5), pakar dan budayawan yang menangani Kathmandu Durbar Square, Alok Tuladhar mengatakan, sebuah pertemuan informal digagas oleh UNESCO hari Kamis sebelumnya. Pertemuan tersebut melibatkan sejumlah pakar budaya, termasuk seorang arkeolog Perancis yang kebetulan tengah melakukan kerja lapangan di Nepal.

Dalam pertemuan tersebut, mereka memutuskan untuk membentuk sebuah unit koordinasi nasional yang akan melakukan penilaian lapangan. Penilaian tersebut memanfaatkan aplikasi smartphone, yang dapat merekam dokumentasi situs dan melihat kerusakan dengan cepat.

Menurut Tuladhar, dampak sosial-budaya akibat kehancuran ini sangat signifikan. Banyak struktur bangunan yang mungkin perlu diruntuhkan setelah diperiksa oleh para ahli konservasi. Kamis kemarin, gapura di Bhaktapur Durbar Square juga sudah diruntuhkan karena rusak parah. Situs termuda di kawasan ini berusia sekitar 150 tahun, sementara situs tertua 4.000 tahun.

Bukan hanya situs-situs bersejarah, sejumlah rumah warga yang memiliki nilai historis juga ikut terkena dampaknya. Untungnya, banyak rumah tradisional yang sejak awal dirancang untuk tahan gempa. Rumah itu dibangun berdasarkan pengetahuan yang dikembangkan selama ribuan tahun oleh nenek moyang mereka.

Misalnya, The Kumari Ghar di Kathmandu Durbar Square. Bangunan tradisional yang berasal dari pertengahan abad ke-18 ini yang mengalami kerusakan kecil. Masyarakat setempat meyadari situs-situs warisan budaya itu perlu diselamatkan.

“Sangat penting untuk menyelamatkan semua yang bisa diselamatkan. Bahkan, salah satu batu bata dari candi ini adalah milik kita. Ini bukan milikku, itu bukan miliknya. Ini kita. Ini milik bangsa. Jadi, kita harus menyimpannya," ungkap seorang warga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement