Ahad 24 May 2015 14:13 WIB

Pesawat Iran Bawa Bahan Makanan untuk Yaman Dilarang Mendarat

Salah satu sudut kota di Yaman yang hancur akibat perang.
Foto: Reuters
Salah satu sudut kota di Yaman yang hancur akibat perang.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Sebuah pesawat Bulan Sabit Merah Iran yang membawa 20 ton makanan untuk Yaman, negara yang dikoyak perang, dilarang mendarat di Djibouti, tempat PBB memiliki pusat bantuan, kata media resmi, Sabtu (23/5).

"Meskipun berkoordinasi dengan PBB dan Program Pangan Dunia, pesawat itu tidak diberikan izin untuk mendarat di Djibouti," kata kantor berita negara IRNA mengutip seorang pejabat Bulan Sabit Merah. Pejabat yang tidak disebutkan namanya itu mengatakan pesawat itu sekarang berada di Shabahar, di tenggara Iran, menunggu "otorisasi dari Kementerian Luar Negeri" Djibouti.

Perahu Iran yang membawa 2.500 ton bantuan untuk Yaman berlabuh Jumat (22/5) malam di pelabuhan Tanduk Afrika, Djibouti. Kargo telah diserahkan kepada WFP di Djibouti dan saat ini sedang diturunkan, kata juru bicara WFP Abeer Etefa.

"Kapal itu membawa 2.500 ton bantuan kemanusiaan, termasuk terutama beras dan tepung terigu, serta obat-obatan, air, tenda dan selimut," katanya.

Pejabat Bulan Sabit Merah mengatakan kepada IRNA bahwa kapal itu sedang menurunkan muatan di Djibouti.

Kapal itu awalnya telah menuju pelabuhan Hodeida di Yaman tetapi harus mengubah arah setelah peringatan dari Amerika Serikat dan koalisi pimpinan Arab Saudi yang telah menggempur pemberontak Syiah di Yaman.

Arab Saudi menuduh Iran mempersenjatai pemberontak Houthi, namun Teheran membantah tuduhan itu dan mengatakan pihaknya membantu Yaman dengan menentang serangan udara dan memberikan bantuan. Pada bulan April pesawat tempur Arab Saudi mencegah sebuah pesawat Iran, yang menurut Teheran membawa bantuan untuk Yaman, mendarat di ibukota yang dikuasai pemberontak, Sanaa.

Koalisi yang dipimpin Arab Saudi telah mengobarkan perang udara melawan Houthi sejak 26 Maret dalam upaya untuk memulihkan kekuasaan Presiden Abderabbo Mansour al-Hadi, yang telah melarikan diri ke Riyadh setelah pemberontak menyerbu sebagian besar negara itu.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement