REPUBLIKA.CO.ID, NIKOSIA -- Pemimpin masyarakat Siprus Turki dan Siprus Yunani yang berseteru, telah memutuskan memulai perundingan mendasar untuk mencari penyelesaian bagi masalah pulau mereka, Rabu (17/6).
Espen Bath Eide, mantan menteri luar negeri Norwegia yang bertindak sebagai penasehat Sekretaris Jenderal PBB mengatakan Presiden Siprus Nicos Anastasiades dan pemimpin Siprus Turki Mustafa Akinci akan bertemu lagi pada 29 Juni untuk mempertimbangkan usul dari perunding mereka.
"Anastasiades dan Akinci telah menugaskan para perunding mereka agar memusatkan pekerjaan mereka pada serangkaian masalah inti khusus selama babak pembicaraan. Mereka akan melaksanakan tugas ini secara intensif dan melapor kembali ke pertemuan mendatang para pemimpin," kata Eide setelah pertemuan empat jam oleh kedua pemimpin itu.
Anastasiades dan Akinci akan berusaha menyatukan kembali pulau bagian timur Laut Tengah tersebut, yang terpecah berdasarkan garis suku Yunani dan Turki, ketika Turki menguasai bagian utara pulau itu pada 1974. Turki bertindak sebagai tanggapan atas kudeta oleh para perwira militer Yunani.
Eide mengatakan Anastasiade dan Akinci secara bersama mengkaji dokumen yang menetapkan pasal mengenai kesepakatan dan perbedaan mengenai masalah rumit seperti pemerintahan dan pembagian kekuasaan di satu negara federal, masa depan harta yang ditinggalkan oleh orang Siprus Yunani yang terusir dari rumah mereka, masa depan puluhan ribu pemukim Turki dan penyesuaian wilayah.
"Mereka menyambut penilaian dasar yang telah mereka percayakan kepada para perunding dalam pertemuan pertama mereka pada 15 Mei 2015. Setelah menyelesaikan penilaian dasar tersebut, para pemimpin sekarang memasuki perundingan mendasar mengenai masalah inti yang belum diselesaikan," kata Eide.
Ia menambahkan para pemimpin Siprus Turki dan Siprus Yunani sepakat perundingan itu akan menjadi inti pekerjaan mereka saat ini dalam mencari penyelesaian menyeluruh.