Rabu 01 Jul 2015 22:23 WIB

Penundaan Jadwal Terbang Terjadi di Bandara Sejumlah Kota Besar Australia

Red:
Suasana bandara Sydney saat Qantas menghentikan layanan penerbangan pada Oktober 2011.
Foto: AAP
Suasana bandara Sydney saat Qantas menghentikan layanan penerbangan pada Oktober 2011.

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY  -- Bea Cukai Australia mengatakan mereka yang akan menggunakan penerbangan internasional, Rabu pagi (1/7) kemungkinan akan mengalami penundaan, akibat pemogokan pekerja bea cukai selama dua jam.

Anggota dari Perserikatan Pekerja Sektor Publik di Australia, yang dikenal dengan sebutan CPSU, sudah terlihat menggelar unjuk rasa dalam dua minggu terakhir di sejumlah bandara di kota-kota besar di Australia.

Tapi unjuk rasa serentak yang dilakukan di bandara-bandara tersebut menjadi yang pertama kalinya.

Diperkirakan sekitar 2.000 pekerja dari bea cukai dan imigrasi akan mogok kerja mulai pukul 9 pagi Waktu Australia Timur, atau sekitar pukul 6 pagi Waktu Indonesia Barat.

Unjuk rasa dilakukan oleh serikat pekerja imigrasi dan bea cukai setelah mereka menganggap pemerintah federal Australia telah menyerang hak-hak pekerja.

Serikat mengatakan pemerintah telah menempatkan para pekerja di posisi yang kurang menguntungkan, dan mereka berpotensi kehilangan sekitar $ 8.000 atau Rp 80 juta per tahun dari tunjangan.

Dalam pernyataan bersama, Badan Bea Cukai dan Departemen Imigrasi Australia mengatakan telah ada upaya negosiasi untuk mencapai kesepakatan perusahaan yang terbaik, ditengah "tantangan operasional dan keadaan fiskal".

Terry Price dari badan yang mengurusi perbatasan Australia mengatakan unjuk rasa sudah direncanakan sebelumnya, sehingga sudah dipersiapkan sebagai mungkin agar mencegah penundaan jadwal penerbangan internasional.

"Kami tidak berharap akan ada banyak penundaan, tapi akan ada beberapa ketidaknyamanan," katanya.

"Kami meminta penumpang agar tiba di bandara lebih awal, dan setelah mereka check-in bisa langsung segera menuju pintu keberangkatan untuk proses imigrasi," jelas Price.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement