Kamis 03 Sep 2015 22:20 WIB

Kematian Balita Suriah Mengguncang Dunia

Rep: C25/ Red: Ilham
Seorang petugas mengangkat jasad Aylan
Foto: archbishopcranmer.com
Seorang petugas mengangkat jasad Aylan

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Foto dari balita Suriah berusia tiga tahun yang tertelungkup di pantai setelah tenggelam mencerminkan kengerian memilukan dari tragedi kemanusiaan pengungsi Suriah. Meninggalnya balita dan keluarganya itu telah memicu protes di seluruh dunia.

"Gambar tragis seorang anak kecil yang kehilangan nyawanya setelah melarikan diri dari Suriah mengejutkan dan menjadi pengingat bahayanya anak-anak dan keluarga mencari kehidupan yang lebih baik," kata Justin Forsyth, CEO dari Save the Children, seperti dilansir onislam.

Nasib anak tersebut harus menjadi konsentrasi dan memaksa Uni Eropa untuk datang bersama dan menyetujui rencana demi mengatasi krisis pengungsi di Suriah.

Foto anak kecil yang diidentifikasi atas nama Aylan, terdampar di dekat pantai Bodrum, Turki. Usaha keluarganya menyeberangi laut ke Yunani telah merenggut semua nyawa keluarga. Ini menjadi pembahasan bersama dari seluruh dunia.

Anak kecil itu dilaporkan tenggelam bersama saudaranya yang berusia lima tahun bernama Galip, serta ibu mereka yang bernama Rihan. Sedangkan ayah mereka Abdullah Kurdi dilaporkan selamat.

"Aku datang ke laut dan aku takut. Hatiku hancur," ujar nelayan lokal yang menemukan mayat tersebut di pantai.

Keluarga dari Suriah itu dilaporkan mencari suaka ke Kanada sebelum melakukan perjalanan, tetapi permintaan pengungsian mereka ditolak. Teema Kurdi, adik Abdullah yang tinggal di Vancouver mengungkapkan, ia telah berusaha untuk membantu mereka meninggalkan Timur Tengah.

"Saya mencoba untuk membantu mereka, tapi kami tidak bisa membawa mereka keluar, dan itulah yang menjadi penyebab mereka pergi menggunakan perahu, tutur Teema Kurdi."

Pertama kali dirilis oleh media Turki, gambar tersebut telah menjadi tren di seluruh dunia dalam Twitter dengan tagar #KiyiyaVuranInsanlik.

Meski banyak media menahan diri untuk tidak menayangkan foto menyedihkan itu, tapi mereka memutuskan untuk mempublikasikannya. Keputusan itu dianggap sebagai cara untuk mengingatkan Eropa kalau semakin banyak pengungsi yang mati dalam keputusasaan mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement