Keadaan tersebut adalah alasan mengapa kegiatan tersebut menarik perhatian beberapa wanita tersebut. Sebagian besar dari mereka telah berada di Lebanon selama beberapa tahun, sejak konflik Suriah meletus pada Maret 2011 lalu.
Mereka bertahan dengan bantuan dan pekerjaan musiman, dan anak-anak mereka kesulitan untuk mendapatkan akses pendidikan.
"Di Suriah semuanya sangat mudah, semuanya murah, namun disini kami harus mengandalkan bantuan, dan bantuan tersebut tidak lagi datang," kata Shamsa, seorang wanita berusia 35 tahun.
"Mereka mengatakan bahwa ketika seorang bayi baru saja lahir, hal tersebut adalah sebuah anugerah dan Tuhan akan memberi segalanya untuk itu, namun kenyataannya sangat sulit untuk menghidupi mereka, jadi keluarga berencana merupakan sebuah keharusan," ujarnya.