Kamis 19 Nov 2015 02:00 WIB

Negara Bagian AS Tolak Pengungsi Suriah, Ini Respon Obama

Presiden Amerika Serikat Barack Obama.
Foto: AP Photo/Rob Griffith
Presiden Amerika Serikat Barack Obama.

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Presiden Amerika Serikat Barack Obama pada Rabu (18/11), mengecam "histeria" domestik AS tentang risiko keamanan yang ditimbulkan oleh pengungsi Suriah, menuduh musuh politiknya mengutuk "janda dan anak yatim."

Dalam sebuah teguran yang sengit tidak seperti biasa, Obama menyerang para politisi Amerika yang telah menyerukan pembatasan imigran pascaserangan teror Paris. Dia menyebut seruan untuk aturan yang berbeda antara imigran Kristen dan non-Kristen sebagai "ofensif dan bertentangan dengan nilai-nilai Amerika".

Dia menyampaikan bahwa debat pemilu tentang migrasi hanya membantu kelompok bersenjata IS/ISIS. "Saya tidak bisa memikirkan alat perekrutan lebih kuat bagi ISIL dari sejumlah retorika yang keluar dari sini selama debat ini," kata Obama menggunakan akronim untuk grup itu.

Terduga ekstremis kelompok bersenjata IS menewaskan 129 orang dan melukai ratusan orang dalam serangan terkoordinasi di Paris pada Jumat (13/11) lalu. Saran bahwa beberapa penyerang mungkin merupakan imigran telah menyebabkan komentar keras pada kampanye pemilu 2016 dari orang-orang seperti kandidat Partai Republik Senator Ted Cruz.

"Mereka telah memainkan ketakutan untuk mencetak poin politik atau untuk mendorong kampanye mereka dan itu tidak bertanggung jawab. Ini perlu berhenti karena dunia sedang menonton," kata Obama.

Sekitar setengah dari jumlah gubernur di 50 negara bagian AS telah mendesak Obama untuk menghentikan rencana menerima 10 ribu pengungsi Suriah pada tahun fiskal ini. "Kita tidak mengatasi dengan baik ketika menanggapi serangan teroris kita menjadi ketakutan dan panik," kata Obama dalam tanggapannya.

"Kita tidak membuat keputusan yang baik jika hal ini didasarkan pada histeria atau risiko yang berlebihan. Mereka takut janda dan anak yatim datang ke Amerika Serikat."

sumber : Antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement