REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS -- Sekretaris negara untuk keamanan nasional Tunisia Rafik Chelly mengatakan, serangkaian serangan di Tunisia diklaim oleh kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang menewaskan puluhan orang pada Maret dan Juni 2015 direncanakan di Libya.
Kelompok itu mengatakan, mereka berada di belakang serangan bom bunuh diri bus yang menewaskan 12 pengawal presiden, Selasa (24/11). ISIS juga mengklaim dua serangan awal tahun ini di Museum Nasional Bardo di Tunis dan di sebuah hotel dekat resor Mediterania Sousse yang menewaskan total 60 jiwa.
"Semuanya direncanakan di Libya. Para komandan kelompok teroris Tunisia berada di Libya,’’ katanya kepada radio Mosaique FM seperti dikutip dari laman Al Arabiya, Sabtu (28/11).
Pihak berwenang Tunisia telah menahan 30 orang yang diduga memiliki hubungan kelompok ekstremisme setelah pemboman bus itu. Pemerintah mengidentifikasi pembom sebagai pelaku teroris lokal.
Kementerian Dalam Negeri Tunisia mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Kamis (26/11) bahwa polisi forensik mengidentifikasi penyerang sebagai Houssam ben Hedi ben Miled Abdelli (27 tahun) melalui DNA-nya. Dia dari lingkungan kelas pekerja di pinggiran Tunis.
Dalam pernyataan sebelumnya, kementerian itu mengatakan menahan 30 orang yang dicurigai terkait dengan kelompok-kelompok ekstremis. Kementerian juga menyita beberapa senjata di seluruh wilayah Tunisia selama 24 jam terakhir.