Lalu ledakan kedua terdengar. Jauh lebih kuat dari sebelumnya.
"Bunyinya seperti gunung meletus. Saya sangat takut," katanya.
Itulah ledakan yang mengawali serangan teror yang terjadi di enam lokasi berbeda dan menelan nyawa 130 orang.
Terjadi tiga ledakan di Stade de France. Toorabally mengatakan dia membantu penjaga yang terluka dan membantu mengevakuasi ratusan orang. Dia mengaku pada polisi dia yang menghentikan pelaku bom bunuh diri memasuki stadion.
"Saya tidak memperhatikan pakaiannya, tapi saya mengingat dengan baik wajahnya," katanya.
Saat polisi menunjukkan foto Hadfi, Toorabally menyadari betapa dekatnya dia dengan kematian. Dia mengaku tidak akan pernah lupa dengan wajah Hadfi.
"Saya melihat pemuda ini dalam keadaan hidup waktu itu. Saya juga bisa jadi korban," ujarnya.
Saat kembali ke lokasi kejadian, Toorabally mengaku dia masih syok dan perutnya sakit. Dia tidak pernah membayangkan serangan teroris akan terjadi di Paris.
"Bagi saya 'kamikaze' hanya ada di Suriah, bukan di rumah, bukan di Paris," ujarnya.
Baca: Jepang Mulai Lagi Perburuan Paus