Jumat 04 Dec 2015 09:50 WIB

Menlu Rusia-Turki Bertemu Pertama Kali Setelah Penembakan Pesawat

Presiden Rusia Vladimir Putin bersama Presiden Turki Recep Tayyip Erdo?an.
Foto: Reuters
Presiden Rusia Vladimir Putin bersama Presiden Turki Recep Tayyip Erdo?an.

REPUBLIKA.CO.ID, BEOGRAD -- Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dan timpalannya dari Turki Mevlut Cavusoglu bertemu untuk pertama kali pada Kamis (3/12), setelah penembakan jet tempur Rusia oleh Angkatan Udara Turki pada 24 November.

Pertemuan itu berlangsung pada Kamis sore di sisi pertemuan Dewan Menteri Ke-22 Organisasi bagi Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE), kata Xinhua, Jumat (4/12). Namun, tak ada pernyataan atau keterangan pers yang diberikan setelah perbincangan diselenggarakan secara tertutup.

Hubungan diplomatik antara Rusia dan Turki terguncang belakangan ini, setelah jet tempur Rusia Su-24 ditembak-jatuh di dekat perbatasan Turki-Suriah oleh pasukan Turki pada 24 November. Sebagai reaksi atas peristiwa itu, Rusia membekukan semua kontak militer dengan Turki dan memberlakukan sanksi ekonomi.

Menurut Russia Today, Lavrov mengatakan setelah pertemuan tersebut bahwa ia tak mendengar apa-apa yang baru dari timpalannya dari Turki mengenai posisi Ankara dalam penembakan pesawat Rusia selama satu operasi di dekat perbatasan Turki-Suriah.

"Kami bertemu dengan kepala Kementerian Luar Negeri Turki atas permintaan yang terus-menerus diajukannya. Kami tak mendengat apa pun yang baru. Menteri luar negeri Turki mengkonfirmasi beberapa pendekatan yang secara terbuka disampaikan oleh perdana menteri dan presiden Turki," kata Lavrov.

Sementara itu, Cavusoglu juga mengatakan pembicaraan dengan Rusia tidak menyelesaikan masalah apa pun dalam hubungan bilateral kedua negara. "Situasi masih tegang," kata Menteri Luar Negeri Turki tersebut.

Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis di Moskow memperingatkan Turki selama pidato tahunannya bahwa Turki akan menyesali penembakan jatuh pesawat militer Rusia yang ia sebut sebagai 'kejahatan perang yang berbahaya', dan mengumumkan sanksi lain akan datang.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement