Sabtu 12 Dec 2015 14:05 WIB

Surat Terbuka Imam Shamsi Ali Menjawab Trump (Bagian I, Kebodohan Trump)

Imam Masjid Al Hikmah New York, Imam Shamsi Ali.
Foto:
Shamsi Ali

Mendengar itu saya agak sedih, bahkan  mengakui kegerahan ada dalam hati. Singkatnya dengan pertolongan seorang teman (Russell Simmons) pertemuan itu antara saya dan DT. Di pertemuan itulah saya sebenarnya mengetahui secara dekat tentang siapa DT yang sesungguhnya. Kebodohan atau kesalahpahaman terhadap agama Islam begitu jelas. Bahkan sekali-sekali terdengar kata-kata yang menunjukkan kebenciannya terhadap agama ini.

Salah satu kejahilan DT tentang Islam misalnya adalah ketika sambil tertawa berkata kepada Russell: "Saya tidak pernah bermimpi untuk ketemu dengan Muslim yang bisa tersenyum". Dia katakan itu setelah melihat bahwa saya datang menemuinya dengan persahabatan dan senyuman.

Mendengar itu kemudian terjadilah dialog antara saya dan DT. Dengan segala hormat saya memberanikan bertanya kepadanya tentang kesimpulannya bahwa orang Islam itu tidak bisa tersenyum. Ternyata jawabannya sudah saya duga: "itu yang saya lihat setiap di televisi. Orang Islam itu hanya bisa marah dan mengutuk".

Mendengar itu saya memberanikan diri menyampaikan kepadanya: "Mr. Trump, saya juga sebenarnya punya kesimpulan salah tentang anda. Dari televisi dan show Anda saya menyimpulkan jika Anda adalah orang yang sombong. Ternyata hari ini kesimpulan saya itu nampaknya keliru. Anda menerima kami dengan terbuka dan tamah. Sungguh sangat naif jika saya mengambil kesimpulan dari sebuah TV".

Sebelum DT merespon, saya melanjutkan: "Demikian pula anda DT. Sangat naif mengambil kesimpulan tentang 1.6 milyar manusia dari sebuah TV". Mendengar itu DT melihat saya dengan serius. Tiba-tiba saja teman saya Russell tiba-tiba menyelah: "Donald, had you ever read about Islam?".

DT hanya terdiam. Dan sebelum menjawab Russell melanjutkan: "How dare you take a conclusion or talk about something you are ignorant of?"....

Yang pasti dalam pertemuan itu Russell begitu nampak marah dengan DT. Setiap kali DT akan berbicara pasti dipotong oleh Russell. Dan walaupun dengan basa basi pertemuan itupun berakhir serasa sangat hambar.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement