REPUBLIKA.CO.ID, COLOGNE -- Kanselir Jerman Angela Merkel menghadapi tekanan terhadap putusan penerimaan pengungsi setelah adanya kekerasan malam tahun baru di Cologne. Kekerasan seksual tersebut dilakukan oleh kelompok pemuda migran.
Polisi Cologne mengatakan, sedikitnya 11 warga asing, termasuk Pakistan, Guinea dan Suriah terluka pada Ahad malam dalam serangan balas dendam hooligan.
Sebuah laporan dari Kementerian Dalam Negeri di negara bagian North Rhine-Wesphalia (NRW) di mana Cologne terletak mengatakan, sebanyak 516 pengaduan tindak pidana pada perayaan malam tahun baru telah terdaftar. Sekitar 237 di antaranya adalah kejahatan bersifat seksual. Sebanyak 19 tersangka telah diidentifikasi dan semuanya adalah orang asing.
Menteri Dalam Negeri Thomas de Maiziere mengutuk serangan-serangan dan memperingatkan reaksi yang lebih luas terhadap pengungsi pasca peristiwa di Cologne. Kejahatan di malam tahun baru di Cologne memperdalam sikap skeptis terhadap kebijakan Merkel dalam menyambut migran.
Di kota timur Leipzig, lebih dari dua ribu demonstran anti muslim LEGIDA turun ke jalan dengan kemarahan atas serangan Cologne. Mereka berteriak 'Merkel perlu pergi!'. Satu diantaranya membawa gambar Merkel yang mengenakan jilbab dan tertulis 'Merkel, bawa muslim bersama Anda dan hilanglah'.
Salah satu demonstran LEGIDA Olaf Schwermer mengaku prihatin akan terjadinya serangan lebih jika perbatasan tidak ditutup dan migran tidak dideportasi. "Apa yang terjadi di Cologne hanya memberi kami perasaan dari apa yang akan terjadi di masa mendatang," katanya.
Di tempat lain, sekitar 250 sayap kanan yang diduga hooligan sepak bola ditahan. Sebab, mereka membakar sampah, merusak properti dan menyalakan kembang api.