Kamis 24 Mar 2016 15:00 WIB

Xi Jinping akan Hadiri KTT Keamanan Nuklir

Presiden Cina Xi Jinping.
Foto: Reuters
Presiden Cina Xi Jinping.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Presiden Cina Xi Xinping dijadwalkan menghadiri KTT keempat Keamanan Nuklir di Washington, Amerika Serikat (AS) pada 31 Maret hingga 1 April 2016.

"Sebelumnya Presiden Xi akan melakukan kunjungan kenegaraan ke Republik Czech pada 28-30 Maret, untuk mempererat hubungan kedua negara," kata Wakil Menteri Luar Negeri China Li Baodong, di Beijing, Kamis (24/3).

Pada KTT tersebut Presiden Xi akan menjadi pembicara kunci dengan tema "Keamanan Nuklir sebagai Budaya, Bentuk Tanggung Jawab Negara, Kepentingan Politik dan Keamanan Internasional". Cina adalah salah satu anggota tetap Dewan Keamanan, dan diperkirakan memiliki 171.400 ton kandungan uranium yang tersebar terutama di delapan provinsi, Jiangxi, Guangdong, Hunan, Xinjiang, Mongolia Dalam, Shaanxi, Liaoning, dan Yunnan.

"Karenanya, Cina juga memiliki tanggung jawab internasional untuk manajemen nuklir bagi keamanan kawasan dan global," kata Li.

Kandungan nuklir di Cina merupakan yang terbanyak ketiga dunia. Negara panda itu tengah merencanakan perpindahan besar-besaran ke energi nuklir sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungannya terhadap batu bara, bahan bakar fosil yang paling tidak ramah lingkungan.

Mereka kini telah memiliki 12 reaktor nuklir dengan kapasitas total yang mampu menghasilkan energi sebesar 10,15 gigawatt.

Pemerintah Cina juga secara resmi menargetkan kapasitas 40 gigawatt untuk pembangkit nuklirnya pada 2020, namun pemerintah merencanakan untuk melipatgandakan target tersebut hingga mencapai 80 GW karena perluasan yang lebih cepat adalah solusi yang layak untuk mengurangi emisi gas buang.

Karena itu, Cina akan memerlukan lebih banyak sumber uranium dari luar negeri sebanyak lebih dari 60 persen untuk memenuhi kebutuhan pembangkit nuklirnya pada 2020, meskipun negara itu menerapkan langkah sederhana untuk perluasan energi nuklirnya, kata para peneliti Cina.

Cina dan AS telah membangun pusat pelathan keamanan nuklir bersama Asia-Pasifik di Beijing, sebagai hasil kesepakatan kedua pihak pada KTT Keamanan Nuklir pada 2010. Pusat pelatihan yang didirikan bersama Otoritas Energi Atom Cina (CAEA) dan Departemen Energi AS tersebut memiliki kapasitas untuk melatih 2.000 tenaga ahli dalam masalah keamanan nuklir, baik dari Cina dan negara-negara Asia Pasifik.

 

Baca juga: Sejarah Hari Ini: Sang 'Ratu Perawan' Meninggal Dunia

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement