Sabtu 09 Apr 2016 17:13 WIB

Toko Fashion Muslim Online di Australia Diserang Peretas Rasis

Muslimah Australia
Foto: sbs.com.au
Muslimah Australia

Menurut laporan yang dihasilkan oleh Thomson Reuters, warga Muslim dunia menghabiskan 266 miliar dolar (atau setara Rp 2,6 kuadriliun) untuk belanja pakaian pada tahun 2013, dengan angka itu diperkirakan meningkat ke 484 miliar dolar (atau setara Rp 4,8 kuadriliun) pada tahun 2019.

"Industri fashion perempuan Muslim berkembang dan saya pikir itu adalah langkah positif, dan saya pikir itu tak hanya menguntungkan ekonomi tapi juga bagi perempuan Muslim muda yang ingin terlihat dan merasa baik pada saat yang sama," kata Widyan Fares, seorang blogger fashion yang berbasis di Sydney, yang kadang-kadang menjadi model untuk Hijab House.

"Saya pikir, hal yang penting bahwa kita semua harus saling merangkul," ungkapnya.

Pasar paling potensial untuk fashion konservatif adalah Turki, diikuti oleh Uni Emirat Arab dan Indonesia. Amerika Serikat menempati urutan ke-13 dengan nilai konsumsi 6,7 miliar dolar (atau setara Rp 67 triliun), menurut laporan Thomson Reuters.

Namun, pakaian sopan bisa juga menarik publik di luar konotasi agama.

Hijab House, misalnya, juga menjual banyak syal dan selendang untuk pasien kanker, pasar yang masih relatif belum dimanfaatkan. Waralaba fashion, termasuk Uniqlo, juga telah mulai merilis koleksi mereka yang menampilkan jilbab, sedangkan produsen Swedia ‘H & M’ dipuji ketika merilis kampanye dengan model berjilbab pertamanya pada September tahun lalu.

Pada Januari, rumah mode mewah asal Italia, Dolce and Gabbana, melakukan debut koleksi jilbab dan gamis yang menampilkan motif bunga, kain satin halus dan renda bordir. "Itu juga memungkinkan kami untuk tetap terlihat cantik, merasa cantik tapi benar-benar mengikuti persyaratan yang kami percaya," ujar Widyan.

Ia mengatakan, "Tentu saja saya mendapat komentar negatif, komentar anti-Islam yang dibuat di Instagram, tapi saya juga berpikir, komentar itu bisa menjadi kesempatan untuk mendidik masyarakat, dan memulai diskusi yang tulus tentang jilbab dan apa artinya."

Juru bicara Instagram mengatakan, perusahaan mereka ‘bekerja keras untuk menyediakan komunitas Instagram dengan pengalaman yang aman dan terjamin’.

"Ketika kami menyadari bahwa sebuah akun telah disengketakan, kami mematikan akses ke akun itu dan bekerja untuk mengembalikan akun tersebut kepada pemiliknya yang sah," terangnya.

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/2016-04-09/toko-fesyen-muslim-online-di-australia-diserang-peretas-rasis/1567566
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement