REPUBLIKA.CO.ID, HAVANA -- Menteri Luar Negeri Inggris Philip Hammond mengaku tidak ada ancaman langsung ke Eropa dari markas kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Libya. Ia juga tidak berharap pemerintah Libya yang baru meminta bantuan pasukan asing dalam waktu dekat.
"Saya tidak berharap Pemerintah Libya untuk meminta pasukan asing, baik dalam pertempuran atau pelatihan dalam waktu dekat," kata Hammond dalam sebuah wawancara saat berkunjung ke Kuba, seperti dikutip dari Al Arabiya, Sabtu (30/4).
Tetapi, kata dia, Pemerintah Inggris akan mendukung pemerintahan baru Libya. Hammond pekan lalu mengatakan kepada surat kabar the Telegraph, Inggris tidak mengesampingkan pengiriman pasukan ke Libya untuk melawan ISIS. Namun dalam pernyataan terakhir, ia terlihat sedikit mengubah statemennya.
"Saya tidak berpikir kita melihat ancaman saat ini. Tetapi saya hanya ingin menjadi jelas bahwa kita tidak bisa mengesampingkan menggunakan kemampuan membela negara kita dan melindungi rakyat kita,’’ ujarnya.
Hammond bertemu dengan Presiden Kuba Raul Castro pada Jumat (29/4). Ia menjadi Menteri Luar Negeri Inggris pertama yang menginjakkan kaki di Kuba sejak revolusi tahun 1959 yang menggulingkan pemerintahan pro-Amerika Serikat.
Libya telah mengalami kekacauan sejak pemberontak yang didukung Barat menggulingkan Presiden Libya Muamar Qadafi pada 2011. Negara-negara Barat berharap pemerintah persatuan baru Libya yang ada di Tripoli bulan lalu mampu membuat faksi-faksi bersenjata Libya bekerja sama melawan kelompok militan.
Negara Barat juga mengaku mereka siap untuk memberikan pelatihan bagi pasukan Libya jika diminta oleh pemerintah persatuan negara tersebut.
Baca juga, Libya Kandidat Kuat Markas Baru ISIS.