REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Raja Thailand, Bhumibol Adulyadej (88 tahun) menjalani perawatan di rumah sakit karena terdapat 'cairan di otaknya'. Raja yang memerintah paling lama di dunia itu dalam setahun terakhir menjalani pengobatan di rumah sakit di Bangkok karena berbagai penyakit.
"Raja terakhir terlihat di depan umum pada 11 Januari, ketika ia menghabiskan beberapa jam mengunjungi istananya di Bangkok," kata Biro Rumah Tangga Kerajaan dalam sebuah pernyataan seperti disadur Reuters, Jumat (20/5).
Sebagian besar warga Thailand tidak mengenal raja yang lain, karena raja yang dihormati itu naik tahta hampir 70 tahun lalu saat usianya masih 19 tahun. Bhumibol telah menghabiskan sebagian besar dari enam tahun terakhir di rumah sakit.
Kekhawatiran menyangkut kesehatan raja serta proses suksesi telah menjadi latar belakang krisis politik selama lebih dari satu dasawarsa di Thailand. Di negara itu, militer mengambil alih kekuasaan melalui kudeta dua tahun lalu.
Kudeta Thailand terjadi pada 22 Mei 2014, ketika anggota-anggota Angkatan Darat Kerajaan Thailand melancarkan sebuah kudeta terhadap pemerintahan Perdana Menteri Yingluck Shinawatra. Pernyataan kudeta ini hanya berselang dua hari setelah militer menyatakan kondisi darurat militer di Thailand.
Namun, saat itu militer menegaskan keadaan darurat itu bukanlah sebuah kudeta. Saat kondisi darurat diumumkan, ribuan tentara didukung persenjataan dan kendaraan tempur disebar ke lokasi-lokasi vital, seperti pusat-pusat perekonomian, stasiun televisi, dan kawasan-kawasan perhotelan.
Kudeta ini ditempuh setelah pernyataan keadaan darurat pada Selasa 22 Mei 2014 menyusul krisis politik yang melanda negara itu sekitar enam bulan belakangan. Latar belakang Krisis politik Thailand berawal dari unjuk rasa di Bangkok yang menuntut Perdana Menteri Yingluck Shinawatra mengundurkan diri.
Pemerintahan pimpinannya dianggap dikendalikan kakaknya, mantan PM Thaksin Shinawatra, yang mengasingkan diri ke luar negeri setelah digulingkan dalam kudeta militer pada 2006. Upaya PM Yingluck dengan menggelar pemilu dini tidak berhasil memecah kebuntuan politik setelah kubu oposisi memboikot pemungutan suara.
Istana mengatakan pemeriksaan terhadap kesehatan raja menunjukkan terdapat 'cairan pada otak', atau 'hidrosefalus', yang berasal dari peningkatan cairan 'cerebrospinal' yang mengelilingi otak. Dia dirawat karena penyakit yang sama pada Agustus 2015.
"Cairan tersebut telah dibersihkan dan kondisi raja sedang dipantau," kata Biro Rumah Tangga Kerajaan.
Berita tentang keluarga kerajaan dikontrol ketat di Thailand, melalui hukum yang melindungi keluarga kerajaan dari penghinaan. Sehingga aksi pencemaran nama baik, penghinaan atau pengancaman raja, ratu, pewaris tahta atau bangsawan merupakan suatu kejahatan.
Informasi terkait kesehatan Raja Bhumibol biasanya diumumkan ke publik setelah dia pulih. Pihak istana mengeluarkan pernyataan terkait kesehatannya pada 14 Mei. Istana menyatakan yang bersangkutan menderita bengkak pada paru-paru dan lutut.