Senin 13 Jun 2016 17:30 WIB

Dukung Oposisi, Mahathir Ungkap Skandal PM Najib dalam Kampanye

Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad
Foto: Republika/ Darmawan
Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Mantan pemimpin veteran Malaysia Mahathir Mohamad selama pekan ini menargetkan skandal Perdana Menteri Malaysia Najib Razak dalam kampanye melawan partai lamanya menjelang dua pemilihan sela pada minggu mendatang.

Mahathir yang sempat memimpin negara itu selama 22 tahun hingga masa pensiunnya pada 2003, menyatakan keluar dari partai penguasa Perhimpunan Bangsa Melayu Bersatu (UMNO) awal tahun ini.

Mundurnya Mahathir dari UMNO disebabkan kekecewaannya atas dominasi kepemimpinan Najib di partai itu, walaupun ia tengah menghadapi banyak dugaan korupsi. Mantan PM berusia 90 tahun itu bergabung dengan oposisi lamanya, Pakatan Harapan, untuk menentang Najib, murid yang sempat ia didik.

"Jika masyarakat menghendaki negeri ini dirampok oleh perdana menteri, yang saat ini ia telah mengesahkan aturan hingga membuatnya lebih berkuasa dari raja, jika itu keinginan rakyat, mereka akan mendapatkannya," kata Mahathir dalam konferensi pers di tengah kampanye pada Sabtu.

Popularitas Najib cukup menurun dratis karena skandal gratifikasi miliaran dolar di perusahaan keuangan milik pemerintah, 1Malaysia Development Berhad (1MDB), meski ia menolak segala tuduhan atas tindak penyelewengan tersebut.

Namun, sejumlah laporan menunjukkan, sekitar satu miliar telah didepositkan dalam akun bank pribadinya.

Koalisi Barisan Nasional Lintas Etnis yang dipimpin UMNO telah kehilangan dukungan dari kelompok minoritas etnis China dan India di kawasan Asia Tenggara lantaran kontroversi tersebut.

Alhasil, partai itu tampak cukup lemah jelang pertarungan pertamanya, dan berharap dapat mendulang dukungan dari penduduk melayu muslim. UMNO mendesak parlemen bulan lalu agar segera membahas rancangan peraturan terkait hukum islam (hudud) yang memungkinkan adanya hukuman amputasi dan rajam.

Rancangan itu didaftarkan oleh partai politik Islam Malaysia (PAS) yang berada di luar aliansi anti-Najib. Konstituen yang akan diperebutkan pada 18 Juni, menjelang pertengahan bulan puasa Ramadhan, sebagian besar etnis Melayu.

Satu-satunya pesaing anti-Najib yang mengikuti persaingan itu adalah partai moderat islam baru pecahan dari PAS. Pemilihan sela di Sungai Besar dan Kuala Langsar akan menunjukkan bagaimana dukungan untuk Najib dapat bertahan, khususnya dalam persiapan pemilihan nasional pada 2018 mendatang.

"Tidak masalah dari mana asal partainya, selama partai itu menentang Najib karena ia telah melakukan aksi korupsi, termasuk penyelewengan dana lebih dari 50 miliar ringgit (12 miliar dolar AS) yang tak dapat dijelaskan penggunaannya," seru Mahathir merujuk isu 1MDB yang salah satu dewan penasihatnya ditempati Najib hingga saat ini.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement