Kamis 23 Jun 2016 14:39 WIB

Dari Krisis Air Hingga Gagap Bahasa: Pengalaman Istri Diplomat RI di Australia

Dari kiri ke kanan: Syifa Fahmi, Lona Hutapea, Myra Junor, Yasmin Fahir (Istri Wamenlu RI), Angela Widowati, Utami Witjaksono dalam peluncuran buku Di Balik Gerbang mengenai kisah para istri diplomat.
Foto:

Myra mengatakan, Canberra saat ia pertama datang jarang sekali hujan sampai waduk dan air tanahnya minus. Salah satu cara untuk mengatasi itu, yang Myra ingat, pemerintah setempat menerapkan aturan unik seperti tidak boleh mencuci mobil, dan hanya boleh dilap.

“Intinya kita nggak boleh menghambur-hamburkan air, itu enggak boleh,” katanya kepada Australia Plus di acara peluncuran buku di Jakarta.

Bahkan, lanjut Myra, warga setempat memanfaatkan air bekas untuk menyiram tanaman. Misalnya, air bekas cuci baju, air itu bisa dipakai untuk tanaman atau untuk mencuci peralatan rumah lainnya. “Terus kalau kita punya taman yang besar, kita tuh enggak boleh menyalakan air dengan deras, jadi sistemnya tetes demi tetes gitu, tapi tanaman tetap tumbuh kok,” ujarnya.

Saat Myra dan keluarga telah terbiasa dengan pembatasan itu, tiba-tiba pada 2010, curah hujan di Canberra begitu deras dan akhirnya waduk setempat menjadi surplus. “Dan lantas semua jadi hijau, sebelumnya pemandangan Canberra itu penuh kekeringan,” ujar pendamping diplomat berambut pendek ini.

Ketika ditanya bagaimana ia menghadapi istri diplomat asing lain ketika hubungan Indonesia-Australia menegang, Myra menjawab “Seperti misalnya saat kasus Chapelle Corby, terus akhirnya dia dihukum, nah itu saya di perkumpulan ibu-ibu internasional di sana ada yang bertanya kepada saya ‘Oh where are you from?’, saya jawab ‘Indonesia’, lalu dia membalas ‘Oh i think you should really let go Chapelle Corby, i mean you know i can’t even imagine she’s being in prison in Indonesian prison’ .”

Kalau sudah begitu, alumnus Universitas Padjajaran Bandung ini mengatakan, istri diplomat harus bisa menjawab dan tak menyalahi kaidah politik antar negara.

“Kita jelaskan bahwa hukum kita seperti itu dan kita berusaha menjalankan hukum negara, nah itulah prosesnya...tapi mudah-mudahan dia bisa lepas secepatnya,” terang Myra.

Dalam buku ini, Myra tak hanya menceritakan pengalaman hidupnya sebagai istri diplomat di Canberra, ia juga berbagi kisah mengenai masa tinggalnya di Pyongyang selama suaminya bertugas di sana.

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/wisata-nad-budaya/dari-krisis-air-hingga-gagap-bahasa:-pengalaman-istri-diplomat/7535304
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement