Awalnya susah pahami ungkapan bahasa penduduk lokal
Tak berbeda dengan Myra, Syifa pun juga mengalami beberapa kejadian tak terduga, salah satunya soal bahasa.
“Orang Australia suka menggunakan kata yang dikonotasikan denga binatang. Waktu itu, saya menunggu anak saya pulang sekolah, saya lihat sekumpulan ibu-ibu Aborijin sedang bercanda di bawah pohon. Ketika saya turun dan lewat, mereka tersenyum dan menyapa saya ‘Hello...little possum’. Saya sih sempat membalas ‘Hello’ walau dalam hati bertanya-tanya...’apa konotasinya ya?’,” kisah Syifa seperti tertuang dalam buku.
Perempuan berjilbab ini lantas melanjutkan, “Beberapa hari kemudian saya kembali menemui mereka dan kembali disapa ‘Morning little possum’. Saking penasarannya, saya akhirnya bertanya kepada tetangga yang memang paham sejarah Aborijin. Ternyata dari dia saya tahu bahwa itu adalah ungkapan sayang.”
“Sejak saat itu saya menyukai panggilan little possum,” aku pendamping diplomat yang sedari kecil gemar menulis buku harian ini.
Syifa lantas menuturkan, keterlibatannya dalam proyek buku ini bermula dari tawaran rekannya, Lona Hutapea, untuk menulis, karena saat ditempatkan di Tokyo dan kemudian berlanjut di Sydney, ia banyak terlibat dengan pembuatan newsletter dari ibu-ibu darma wanita setempat.
“Mbak Lona membuat saya sadar ‘Oh ini loh..kreativitas saya bisa dibukukan’,” ucapnya.
Baik Syifa dan Myra berharap, buku ini tak hanya sekedar menjadi ajang berbagi tapi mampu mengungkap sisi lain kehidupan keluarga diplomat yang selama ini sering dipandang ‘wah’.
“Mudah-mudahan masyarakat, tak hanya keluarga dan teman-teman kami, tahu selama ini kegiatan kami di luar itu seperti apa, apa saja yang kami lakukan dan suka dukanya,” tutur Syifa.
Myra pun menimpali, “Ya sama seperti harapan teman-teman, semoga kisah ini bermanfaat dan bisa memberi inspirasi kepada pendamping calon diplomat yang akan bertugas di luar negeri.”