Kamis 30 Jun 2016 08:18 WIB

Pembunuhan dan Kekerasan India Meningkat Akibat Krisis Air

Sebanyak 330 juta warga India mengalami kekeringan.
Foto:

Kelompok aktivis mengatakan tingginya angka kekerasan itu disebabkan salah satunya oleh kegagalan pemerintah dalam mengelola ketersediaan air.

"Krisis saat ini terjadi karena adanya konsumsi berlebih, penggunaan yang boros, dan sistem pengelolaan air tidak efisien dari pemerintah," kata Ajay Dubey, aktivis dari lembaga swadaya masyarakat (LSM) di bidang lingkungan, Prayatna, berpusat di Madhya Pradesh.

"Banyak orang akan melakukan apa pun demi air. Mereka telah kehilangan harapan situasi akan membaik. Keadaan sebelumnya tidak pernah seburuk ini," kata Dubey.

Departemen Sumber Daya Air Madhya Pradesh mengungkap, 82 dari 139 waduk utama hanya terisi air sebanyak 10 persen, sementara 22 waduk lainnya kosong. Meski pemerintah terkait telah menerapkan sejumlah kebijakan guna mempertahankan air waduk hingga musim hujan turun, langkah itu tampaknya hanya memperburuk keadaan.

Pemerintah setempat juga telah melarang penggunaan air untuk mencuci mobil atau truk, memandikan sapi atau mengairi sawah di banyak wilayah. Pemerintah sebagian besar kota di Madhya Pradesh hanya memasok air minum tiap dua hingga tujuh hari sekali.

Otoritas Distrik Sehore, Madhya Pradesh sementara ini mengambil alih seluruh sumber mata air, baik milik pribadi atau pemerintah, yang kian menipis. Bahkan, penggunaan air untuk apa pun selain kebutuhan minum telah dilarang oleh pemerintah tiga kota di Madhya Pradesh.

Lokesh Kumar, hakim wilayah Kota Ichhawar mengatakan, air tidak dapat digunakan untuk kebutuhan pengairan dan industri sampai 5 Juli atau saat musim hujan tiba yang nantinya diharapkan dapat mengisi sumber mata air setempat.

Di banyak wilayah terpencil India, perjuangan untuk bertahan hidup dengan sedikit air terbukti cukup sulit. Banyak orang mulai meninggalkan rumah dan pekerjaannya di wilayah seperti Bundelkhand untuk mencari air, walaupun nantinya yang diperoleh hanya sedikit.

Asandi Das, penduduk desa di Distrik Chhatarpur, berencana memindahkan keluarganya ke Agra, tempat berdirinya Taj Mahal, di utara negara bagian Uttar Pradesh. Ia mengatakan, keluarganya saat ini tidak memiliki makanan dan minuman.

Lelaki itu menyadari, situasinya belum tentu akan lebih mudah di Agra atau kota lainnya, tetapi ia berharap dapat bekerja untuk memenuhi kebutuhannya. "Kami tidak akan bertahan hidup di desa ini. Di sini tidak ada air. Kami harus keluar ke wilayah lain jika ingin terus bertahan hidup," kata Das.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement