Senin 04 Jul 2016 07:31 WIB

PM Irak Dihujat Pascabom Baghdad

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Bayu Hermawan
PM Irak Haider al-Abadi
Foto: Reuters
PM Irak Haider al-Abadi

REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Perdana Menteri Irak, Haider al-Abadi dihujat penduduk pascaserangan dua bom di pusat perbelanjaan ibukota Irak, Baghdad. Dalam serangan yang terjadi Ahad (3/7) kemarin, sebanyak 120 orang tewas dan ratusan orang lainnya terluka.

Sebagian besar korban adalah warga sipil yang merayakan Ramadhan. Serangan terjadi di Karrada dan Al-Shaab dan menjadi serangan paling mematikan sejak direbutnya Falluja bulan lalu. Serangan juga terparah untuk tahun ini.

Perdana Menteri Haider al-Abadi dihujat penduduk ketika mendatangi lokasi pengeboman. Mereka marah pada al-Abadi yang sebelumnya menjanjikan keamanan lebih di Irak. Konvoi yang membawa Abadi dilembari batu dan botol oleh penduduk.

Dalam sebuah video yang disebarkan online, tampak orang-orang berlari ke arah konvoi SUV Abadi yang meninggalkan Karrada. Mereka melemparinya dengan batu, botol minum, kardus kosong dan sandal.

Mereka marah karena pasukan pemerintah tidak bisa melindungi area tersebut. Dalam media pemerintah, Abadi mengeluarkan pernyataan bahwa ia mengerti reaksi kemarahan dari penduduk.

Dalam kolom komentar media sosial, penduduk menuduh penjaga keamanan terus menggunakan pendeteksi bom palsu di pos pemeriksaan. Padahal pos itu adalah penyaring lalu lintas di Baghdad.

Lima tahun lalu, skandal pendeteksi bom palsu ini menyeruak ke permukaan. Pejabat polisi anonim mengonfirmasi bahwa perangkat tangan yang bernama detektor ADE 651 itu masih digunakan.

Perangkat terjual laris di Irak dan negara lain dari pengusaha Inggris yang divonis penjara 10 di Inggris. Ia dijatuhi hukuman atas dakwaan membahayakan nyawa orang lain untuk keuntungan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement