Jumat 08 Jul 2016 05:10 WIB

Kebijakan AS Ikut Menyumbang Pembentukan ISIS

Menteri Luar Negeri Inggris Philip Hammond.
Foto:
Tony Blair

Menurut Blair, jika Saddam dibiarkan berkuasa, maka ia akan melanjutkan kembali program senjata pemusnah massalnya. Saddam akan terus mempertahankan kekuasaannya seperti halnya yang dilakukan Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Kendati Inggris dan AS masih merupakan sekutu dekat, namun masalah Irak membuat hubungan keduanya canggung. Militer AS menyalahkan Inggris karena dianggap gagal menenangkan kondisi di sebelah selatan Irak serta terlalu cepat menarik pasukan.

Partai Ba'ath merupakan partai yang didirikan Saddam Hussein. Partai ini dilarang setelah Saddam jatuh. Tak sedikit pendukung Saddam yang disingkirkan dari dunia politik dan militer.

Pemangkasan pasukan membuat tentara profesional Irak bergabung ke dalam Alqaidah dan sebagian ikut menginisiasi pembentukan ISIS. "Sudah jelas banyak pejabat di Partai Ba'ath yang menjadi inti dari Daesh (ISIS) di Suriah dan Irak. Mereka meningkatkan kemampuan operasi militer organisasi itu," kata Hammond.

Sir Jeremy Greenstok, duta besar Inggris di PBB juga mengkritik Amerika Serikat. Menurutnya Inggris terlalu prematur untuk terjun langsung dalam perang Irak. Padahal insepktur pengawas senjata PBB meminta waktu lebih banyak. Hingga Saddam jatuh, terbukti senjata pemusnah massal yang digaungkan AS tak benar.

sumber : the Guardian
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement