Ahad 17 Jul 2016 12:30 WIB

Pengungsi di Yunani: Kami Hidup Bak di Penjara

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Ani Nursalikah
Lebih dariu 7.000 orang terjebak di kamp pengungsi di perbatasan Yunani-Makedonia dekat desa Yunani, Idomeni.
Foto:

Nassim Lomani (35 tahun), anggota Solidarity Initiative for Political and Economic Refugees yang berbasis di Athena mengkritik pendekatan kebijakan Yunani yang menyembunyikan pengungsi sehingga mereka tidak dapat dilihat masyarakat.

Ia menjelaskan, sebagian besar kamp-kamp pengungsi terletak di luar kota. "Rencana ini tidak hanya antipengungsi karena kondisi mengerikan. Ini juga palsu sebagai ide karena akan segera runtuh," ujarnya.

Bau kuat belerang meresapi kamar hotel tua yang berada sekitar 15 kilometer dari kota terdekat. Lokasi sulit bagi pencari suaka yang kebanyakan miskin setelah berbulan-bulan di kamp dan tidak mampu membayar ongkos bus atau taksi ke kota.

Sekelompok pria duduk di kursi plastik di lobi hotel berdebat sementara mereka menonton berita di televisi tua. Beberapa anak membaca abjad Inggris serempak di ruang tunggu yang berubah menjadi kelas dadakan.

Di luar, orang menggantung cucian di balkon mereka di bawah terik matahari musim panas. Seorang pria tua duduk di tangga untuk menghindari sinar matahari sembari membaca sebuah buku.

Kembali ke kamarnya, Akram membantu istrinya merapikan tempat tidur. Ia yang tinggal bersama istri dan empat anaknya di satu kamar hotel mengatakan mereka tidak punya pilihan selain untuk terus hidup di sini untuk sementara waktu

"Rumah saya hilang. Toko saya hilang. Mobil saya hilang. Tidak ada yang tersisa untuk saya di Baghdad. Dan itu lebih buruk dari hari-hari pendudukan Amerika," ia menyimpulkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement