REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Kanselir Jerman Angela Merkel dilaporkan menunda liburannya untuk sementara waktu agar dapat mempertimbangkan kebijakan pengungsi yang ia terapkan di negara itu, Kamis (28/7). Hal itu dipertimbangkan sebagai solusi atas serangkaian serangan yang terjadi di Jerman dalam beberapa pekan terakhir.
Sejak 18 Juli lalu, Jerman menghadapi sejumlah serangan yang beberapa di antaranya dilakukan oleh migran. Sebanyak 15 orang tewas, serta puluhan lainnya terluka dalam rangkaian peristiwa itu.
Dua pelaku serangan di antaranya adalah pencari suaka asal Suriah dan seorang pengungsi dari Pakistan atau Afghanistan. Di antara serangan itu, Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mengaku terkait.
Selama ini, Jerman belum pernah menghadapi serangkaian serangan yang dikaitan dengan terorisme. Berbeda halnya dengan Prancis yang dalam delapan bulan terakhir mengalami serangan mematikan.
Sejumlah politisi, baik dari sayap kiri dan kanan di Jerman mengatakan kebijakan Merkel terhadap pengungsi merupakan suatu kesalahan. Dalam satu tahun terakhir, jutaan imigran telah masuk dalam negara itu. Kebanyakan mereka adalah warga Timur Tengah yang melarikan diri akibat konflik seperti di Suriah, Afghanistan, dan Irak.
Baca juga, 'Saya Orang Jerman', Teriak Pelaku Penembakan Muenchen.
Horst Seehofer, salah satu kritikus kebijakan Merkel mengatakan sudah seharusnya langkah keamanan dan kebijakan imigrasi yang lebih ketat dilakukan di Jerman. Jika tidak, ia meyakini serangan yang lebih luas akan kembali terjadi di negara itu.
"Merkel harus mengadopsi langkah keamanan serta kebijakan imigrasi yang lebih ketat agar terorisme tidak masuk ke Jerman," jelas Seehofer.