Sabtu 06 Aug 2016 14:33 WIB

Turki Merapat ke Rusia

Rep: Gita Amanda/ Red: Ilham
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bersama Presiden Rusia Vladimir Putin.
Foto:

Banyak hal yang bertentangan antara Turki dan Rusia, di antaranya, Rusia merupakan pendukung Bashar al-Assad, sementara Turki ingin ia digulingkan. Kemudian masalah di Kaukasus Selatan di mana Turki mendukung Azerbaijan sementara Rusia merupakan sekutu Armenia.

"Pertemuan antara Putin dan Erdogan akan menunjukkan seberapa jauh kedua belah pihak bersedia berkompromi. Pertanyaannya adalah apakah saat-saat penurunan ketegangan ini bisa diterjemakan dalam kemitraan yang lebih strategis?" kata Kortunov.

Sementara itu, Amerika Serikat kemungkinan akan mengawasi dengan cermat hubungannya dengan Ankara. Terlebih setelah Erdogan menuduh Gulen yang mendapat suaka di AS sebagai dalang kudeta.

Menteri Luar Negeri AS John Kerry diperkirakan akan mengunjungi Turki akhir Agustus ini. Pembicaraan mereka tampaknya akan menjadikan masalah Gulen sebagai agenda utama.

Mantan duta besar Turki untuk AS Faruk Logoglu mengatakan, saat-saat seperti ini secara psikologis warga Turki berharap mendapat ekspresi solidaritas dan kebersamaan. Namun mereka tak mendapatkannya dari negara-negara Barat.

Sementara ditanya mengenai perjalanan Erdogan ke Rusia, Logoglu mengatakan ini memang bisa ditafsirkan sebagai sinyal ke Barat. Namun ia meragukan Turki akan sepenuhnya ke Rusia dan merusak hubungannya dengan AS secara abadi.

"Hubungan Turki-Amerika seperti perkawinan Katolik, tidak ada perceraian, kedua belah pihak saling membutuhkan," katanya.

Sementara itu, pembantu kebijakan luar negeri Putin, Yuri Ushakov mengatakan, Suriah akan menjadi topik utama pada pertemuan dengan Erdogan. TurkStream, proyek listrik tenaga nuklir dan dimulainya kembali penerbangan Rusia ke Turki juga akan dibahas dalam pertemuan kedua kepala negara.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement