Sabtu 03 Sep 2016 09:50 WIB

Ini yang Mengejutkan dari Pemecatan Presiden Brasil

Presiden Brasil Dilma Rousseff dipeluk mantan menteri Aldo Rebelo setelah menyampaikan pidato kepada pendukung di kediaman resmi Istana Alvorada di Brasilia, Brazil, Rabu, 31 Agustus 2016. Pidato itu yang pertama setelah ia dilengserkan senat.
Foto: AP Photo/Leo Correa
Presiden Brasil Dilma Rousseff dipeluk mantan menteri Aldo Rebelo setelah menyampaikan pidato kepada pendukung di kediaman resmi Istana Alvorada di Brasilia, Brazil, Rabu, 31 Agustus 2016. Pidato itu yang pertama setelah ia dilengserkan senat.

REPUBLIKA.CO.ID, PERTH -- Presiden perempuan pertama di Brasil, Dilma Rousseff (68) telah dipecat oleh Senat lewat pemungutan suara. Sebanyak 61 senator mendukung pemecatan dan 20 senator menolak.

Dilma dipecat oleh Senat karena dinilai bersalah memanipulasi anggaran nasional. Ia dituduh menggunakan uang dari bank-bank pemerintah pada tahun 2014 untuk menutupi defisit pengeluaran publik. Hal itu dianggap sebagai penyebab Brasil masuk ke dalam resesi terburuk dalam beberapa dekade terakhir.

Dikutip dari The Guardian, menurut hukum Brasil, seorang presiden dapat dipecat oleh Senat bila tercapai kuorum dua per tiga. Dengan hasil pemungutan suara, Dilma pun resmi dipecat dan langsung digantikan oleh wakil presiden Michel Temer.

Namun yang cukup mengejutkan dari hasil pemungutan suara di Senat adalah Dilma tidak dilarang untuk memangku jabatan publik delapan tahun ke depan. Dengan kata lain, secara teori Dilma masih berpeluang untuk tetap meneruskan karir politiknya.

Proses pemungutan suara di Senat diwarnai dengan sorakan dan tangisan, sebagian senator bahkan menyanyikan lagu kebangsaan, sebagian lainnya melambai-lambaikan bendera Brasil. Bagi pendukung Dilma, presiden yang terpilih lewat proses yang demokratis itu hanyalah korban kudeta oleh faksi sayap kanan.

Pemecatan Dilma--politisi yang pernah dipenjara karena terlibat dalam gerilya--juga menyudahi rezim politik garis kiri Partai Pekerja yang telah berlangsung selama 13 tahun terakhir.

Dalam rapat maraton bersama Senat yang berlangsung 14 jam, Dilma bersikukuh tidak bersalah dan menyebut pemecatan terhadapnya hanya akan membuat demokrasi Brasil terguncang setelah rezim diktator militer berhasil digeser pada tahun 1985.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement