Rabu 05 Oct 2016 18:08 WIB

Rasa Haru Menghiasi Pemulangan Pengungsi Afghanistan

Rep: MgRol81/ Red: Teguh Firmansyah
Pengungsi wanita di Kamp Shamshatoo, propinsi terdepan Pakistan Baratlaut Pakistan yang berbatasan dengan Afghanistan. Kamp itu menjadi rumah sementara bagi 70 ribu pengungsi Afghan.
Foto:

Sejak 2009, Islamabad telah berulang kali mendorong para pengungsi ilegal untuk kembali ke tanah airnya. Ketakutan pengungsi berkembang setelah Maret 2017 ditetapkan sebagai batas waktu untuk kembali.

Pengungsi semakin khawatir tentang masa depan mereka di Pakistan, di tengah tindakan keras keamanan Pakistan terhadap pendatang tanpa dokumen.

Kecemasan itu dikombinasikan dengan keputusan PBB untuk melipatgandakan hibah kas untuk yang pengungsi yang mau kembali dari 200 dolar AS menjadi 400 dolar AS per  individu pada bulan Juni. Lebih dari 200 ribu pengungsi telah menyeberang tahun ini, sebagian besar sejak Juli.

Keadaan Afghanistan

Para pengungsi yang kembali akan dikirim ke wilayah sekitar Kabul yang tak dikuasai Taliban.  Salah satu pengungsi yang tak bisa kembali ke wilayah asalnya adalah Abdhur Rahman, lelaki berusia 70 tahun yang meninggalkan Pakistan sekitar tiga dekade lalu. Ia melarikan diri dari provinsi yang sekarang diterpa serangan Taliban.

Tapi ia hanya mendapat sedikit dukungan di ibukota. Kabul merupakan salah satu kota dengan tingkat pertumbuhan penduduk tertinggi di wilayah tersebu. Sekitar 1.200 orang setiap hari menurut Duta Besar Uni Eropa Franz-Michael Mellbin.

PBB menyebutkan jumlah pengungsi di Kabul bulan lalu sebanyak 265 ribu dan pada 2013 Dewan Pengungsi Norwegia (NRC) mendokumentasikan 53 permukiman informal, berupa kayu yang menempel ke sisi pegunungan, tanpa air ataupun listrik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement