Senin 10 Oct 2016 16:02 WIB

Kehancuran Akibat Badai Matthew, Haiti Bak Dibom Nuklir

Cenelson Lundi (13 bulan) dirawat karena kolera di  Jeremie usai Haiti diterjang Badai Matthew, Ahad, 9 Oktober 2016.
Foto:
Kehancuran di lingkungan nelayan Port Salut, Haiti, Ahad, 9 Oktober 2016, hampir sepekan setelah Badai Matthew menerjang.

Di desa Labei dekat Port-a-Piment, warga setempat mengatakan arus sungai menghanyutkan mayat-mayat dari desa-desa di hulu. Tanpa ada yang datang memindahkan mayat-mayat itu, warga menggunakan papan kayu apung untuk mendorong mereka masuk sungai sehingga bisa mengalir ke laut.

Di pantai, mayat seorang pria tergeletak di bawah terik matahari. Beberapa ratus meter di sebelah kirinya di selokan tepi jalan, tiga kambing mati terendam di lumpur beracun.

"Bagi saya ini nampak seperti ledakan bom nuklir," kata karyawan Program Lingkungan PBB yang bermarkas di dekat Port-a-Piment, Paul Edouarzin.

"Dalam hal kehancuran -lingkungan dan pertanian- saya bisa katakan 2016 lebih buruk daripada 2010," tambah dia, merujuk pada gempa bumi 2010 dimana Haiti belum pulih.

Warga terkena diare di desa Chevalier sudah mengetahui wabah kolera di dekat mereka, namun tidak memiliki banyak pilihan selain meminum air payau dari sumur setempat yang mereka yakini sudah terkontaminasi bangkai ternak. "Kami ditelantarkan oleh pemerintah yang tidak pernah memikirkan kami," kata Marie-Ange Henry sambil memeriksa rumahnya, yang hancur.

Ia mengatakan, Chevalier belum menerima bantuan apa pun dan banyak warga, seperti halnya dia, mengalami demam. Ia khawatir kolera tengah menuju desanya.

Pastor Pierre Moise Mongerard bergantung pada bantuan Tuhan untuk menyelamatkan gerejanya, yang tanpa atap, di desa Torbeck. Dengan mengenakan baju terbaiknya, mantel, celana dan sepatu kulit cokela,t ia bergabung dalam paduan suara kecil menyanyikan lagu, yang bergema hingga persawahan di sekitarnya.

"Kami berharap Tuhan memberi kami peluang untuk membangun kembali gereja dan membantu para korban di kawasan ini," katanya, sebelum musik menelan suaranya, dan ia perlahan bergabung dalam kidung, menutup matanya dan menengadahkan tangannya ke langit.

sumber : Antara

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement