Rabu 07 Dec 2016 09:07 WIB

Canberra Gelar 'Meet a Muslim' untuk Hapus Stigma

Saba Awan, penggagas 'Meet a Muslim' di Canberra, Australia..
Foto:

Bagaimana pengalaman sebagai Muslim di Canberra?

rayeed-rahma-data.jpg
Rayeed Rahma. (Foto: ABC/Georgia Hitch)

"Sedemikian rupa Canberra itu mengagumkan, tapi masih ada (diskriminasi). Saya menemukan bahwa di sini masih ada yang memandang wanita Muslim yang mengenakan jilbab itu mengalami penindasan," ujar Rayeed Rahman.

Jika media tampilkan Muslimah yang tertindas?

engy-abdelsalam-data.jpg
Engy Abdelsalam. (Foto: ABC/Georgia Hitch)

"Saya pikir apa yang tidak dimengerti orang adalah bahwa Islam itu pada dasarnya progresif dan bahwa hal itu tidak seharusnya terjadi," kata Engy Abdelsalam.

"Pengalaman saya yang datang dari Mesir, mereka di sana berkampanye melawan hal itu [penindasan]," katanya.

"Di setiap negara ada patriarki, sama seperti perempuan di sini yang berjuang melawan KDRT, hal itu juga terjadi di negara-negara Muslim," ujarnya.

Mengapa perempuan berjilbab?

hafsah-farouk-data.jpg
Hafsah Farouk. (Foto: ABC/Georgia Hitch)

"Saya tidak menilai Muslimah lainnya yang tidak memakainya, atau menganggap mereka kurang berdedikasi, sebab itu adalah pilihan pribadi," kata Hafsah Farouk.

"Bagiku hal itu merupakan langkah berikutnya untuk mendedikasikan diri kepada Allah," katanya.

"Tapi bagiku keputusan untuk mengenakannya agar lebih dekat dengan Allah," tambahnya.

Bagaimana dengan kesetaraan jika pria dan wanita tidak bisa jabat tangan?

khalid-abdo-data.jpg
Khalid Abdo. (Foto: ABC/Georgia Hitch)

"Sebagai seseorang yang tidak suka berjabat tangan perempuan, saya melakukannya justru untuk menghormati," kata Khalid Abdo.

Apakah Muslim memaksakan nilai-nilainya?

diana-abdel-rahman-data.jpg
Diana Abdel-Rahman. (Foto: ABC/Georgia Hitch)

"Budaya kita berbeda sekarang berbeda dibandingkan 10 tahun lalu dan akan berbeda lagi dalam 10 tahun mendatang," kata Diana Abdel-Rahman.

"Saya diskusi dengan anak muda tentang hal ini minggu lalu yang mengatakan imigran yang mengubah budaya Australia," katanya.

"Saya sampaikan budaya kita selalu berubah dan seringkali tidak ada hubungannya dengan siapa yang datang ke negara ini atau apa agama mereka," tambah Diana.

"Ini semua hanya kata-kata yang entah bagaimana mendapat sambutan. Desas-desus ini yang disampaikan berulang-ulang," katanya.

"Sama dengan hukum syariah, siapa yang bilang mereka ingin menerapkannya? Apakah mereka benar-benar menerapkannya?" katanya lagi seraya menambahkan, "Menyedihkan saat mendengar hal ini khususnya dari para politikus."

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/wisata-nad-budaya/meet-a-muslim-digelar-di-canberra/8097088
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement