Presiden AS Bill Clinton digugat atas kasus pelecehan seksual oleh mantan petugas negara Arkansas, Paula Jones, pada 17 Januari 1994. Berkas gugatan diajukan ke pengadilan federal di Little Rock, Arkansas, dengan mencantumkan kerugian materi sebesar 700 ribu dolar AS atau Rp 9,1 miliar.

Jones mengklaim, saat masih menjabat sebagai Gubernur Arkansas, Clinton, pernah melecehkannya secara seksual. Clinton kemudian membantah ketika kasus ini dibongkar ke publik oleh Jones.

Pada Agustus, pengacara Clinton mengajukan mosi untuk mengabaikan gugatan Jones dan memanfaatkan kekebalan hukum presiden. Hakim distrik federal memutuskan, Clinton tidak bisa diadili sampai ia lengser dari jabatannya. Namun penyelidikan atas tuduhan Jones masih bisa dilanjutkan.

Jones mengajukan banding dan pada 1996 ia memenangkan hak untuk melanjutkan kasusnya ke pengadilan Mahkamah Agung. Clinton mengajukan permintaan untuk menunda persidangan sampai ia meninggalkan Gedung Putih.

Dilansir dari History, waktu keputusan pengadilan, yang bertepatan dengan pemilihan presiden pada November 1996, memberi Clinton penangguhan hukuman.

Kasus Paula Jones adalah salah satu dari empat skandal besar yang mengancam jabatan Clinton. Ketika sedang menyelidiki kasus Jones, jaksa independen Kenneth Starr juga menemukan dugaan perselingkuhan Clinton dengan pekerja magang Gedung Putih, Monica Lewinsky.

Starr juga menyelidiki skandal penawaran real-estate yang diduga ilegal yang dilakukan oleh Clinton (dikenal sebagai skandal Whitewater). Selain itu, Clinton terlibat perselisihan mengenai tuduhan kronisme dalam penembakan pekerja agen perjalanan di Gedung Putih.

Kongres memulai proses pemakzulan terhadap Clinton pada 1998. Pada 19 Desember, kasus diteruskan ke Senat dan setelah sidang dilakukan lima pekan, ia dinyatakan bebas.

Selanjutnya: Gempa Bumi 6,6 SR Guncang Los Angeles

Ikuti Whatsapp Channel Republika