Kamis 23 Feb 2017 00:13 WIB

Kanada Sambut dengan Tangan Terbuka 1.200 Imigran dari Irak

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Nur Aini
PM Kanada Justin Trudeau (kiri) menyapa pengungsi Suriah, Madeleine Jamkossian (kanan) dan ayahnya Kevork Jamkossian saat tiba di Bandara Internasional Pearson di Toronto, Jumat (11/12).
Foto: Nathan Denette/The Canadian Press via AP
PM Kanada Justin Trudeau (kiri) menyapa pengungsi Suriah, Madeleine Jamkossian (kanan) dan ayahnya Kevork Jamkossian saat tiba di Bandara Internasional Pearson di Toronto, Jumat (11/12).

REPUBLIKA.CO.ID, OTTAWA -- Kanada diperkirakan akan terus menerima para imigran. Hal itu diperkuat dengan pernyataan Menteri Imigrasi Ahmed Hussen yang akan menerima 1.200 imigran Yazidi dari Irak.

"Kanada berjanji untuk memukimkan kembali 1.200 pengungsi Yazidi yang menghadapi penganiayaan oleh kelompok ISIS," kata Ahmad Hussen, dikutip dari The New Arab, Rabu (22/2).

Pernyataan tersebut juga diperkuat dengan adanya 400 imigran yang sudah diterima pemerintah Kanada baru-baru ini. Penerimaan imigran korban ISIS ini kembali dilakukan setelah yang terakhir pada 25 Oktober 2016.

Tujuan awal penerimaan imigran tersebut untuk membawa perempuan dan anak perempuan yang berisiko. Akan tetapi Hussen mengatakan pada konferensi pers bahwa Ottawa telah belajar bahwa Daesh (sebutan ISIS dalam bahasa Arab) juga sengaja menargetkan anak laki-laki. Dengan demikian pihaknya akan membantu untuk memukimkan kembali semua korban anak-anak.

Hussen mengatakan para imigran tiba dengan penerbangan komersial. Hal itu untuk mencegah biaya operasi sebesar 21 juta dolar AS yang merupakan sistem peraturan imigran di Kanada.

Sejak berkuasa pada akhir 2015, pemerintah Perdana Menteri Justin Trudeau telah memukimkan 40 ribu imigran Suriah. Langkahnya telah dipuji oleh kelompok-kelompok hak asasi di seluruh dunia.

Hussen menjelaskan imigran Yazidi yang diambil telah mengalami pemeriksaan keamanan yang komprehensif dan juga pemeriksaan medis. Yazidi adalah suku minoritas berbahasa Kurdi dengan agama pra-Islam yang berpikir sebagian dari mereka berasal dari Zoroastrianisme Persia kuno.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement